Deep learning dalam pembelajaran adalah pendekatan yang menekankan pemahaman mendalam dan keterkaitan dengan konteks nyata. Relevansi kontekstual menjadi esensial karena membantu siswa menghubungkan teori yang dipelajari dengan aplikasi di kehidupan sehari-hari. Hal ini selaras dengan pandangan Ki Hajar Dewantara yang menekankan pentingnya pendidikan berpusat pada kebutuhan dan pengalaman siswa (Siregar, 2020).
Pendekatan ini sejalan dengan Kurikulum Merdeka, yang mendorong pembelajaran berbasis proyek (project-based learning) untuk menumbuhkan keterampilan berpikir kritis dan relevansi dalam dunia nyata. Menurut penelitian Fadillah (2021), pembelajaran berbasis konteks membuat siswa lebih antusias dan mampu memahami materi dengan lebih baik, terutama dalam mata pelajaran yang sering dianggap abstrak, seperti matematika atau sains. Sebagai contoh, pembelajaran konsep pecahan dapat diintegrasikan dengan kegiatan berbagi makanan, sehingga siswa memahami bahwa pecahan adalah bagian dari pengalaman sehari-hari.
Relevansi kontekstual juga mendukung pembelajaran sepanjang hayat (lifelong learning). Ketika siswa belajar melalui konteks yang relevan, mereka tidak hanya memahami materi, tetapi juga mampu mengaplikasikan pengetahuan tersebut dalam situasi lain (Rahmawati & Wahyudi, 2023). Pendekatan ini membangun keterampilan abad ke-21 yang meliputi komunikasi, kolaborasi, kreativitas, dan pemecahan masalah.
Dengan demikian, relevansi kontekstual dalam deep learning sangat penting untuk menciptakan pembelajaran yang bermakna, aplikatif, dan mampu membentuk siswa menjadi individu yang siap menghadapi tantangan dunia nyata.
Referensi:
Fadillah, M. (2021). Penerapan Project-Based Learning dalam Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Dasar, 12(2), 101-115.
Rahmawati, I., & Wahyudi, A. (2023). Relevansi Kontekstual dalam Pembelajaran Berbasis Kurikulum Merdeka. Jurnal Inovasi Pendidikan, 19(1), 45-57.
Siregar, A. M. (2020). Pendidikan Berbasis Karakter: Perspektif Pemikiran Ki Hajar Dewantara. Jurnal Pendidikan Nasional, 7(3), 23-29.
