Judul: Antara Tugas dan TikTok
Pemain:
- Sari: Mahasiswi rajin, perfeksionis, tapi mudah terdistraksi.
- Nia: Sahabat Sari, santai dan suka memberi nasihat dengan cara tak terduga.
Latar:
Sebuah kamar kos sederhana. Di atas meja, ada laptop terbuka dengan tampilan tugas kuliah, dan di sisi lain, ponsel menyala dengan TikTok terbuka.
Adegan 1
(Sari duduk di meja belajar. Dia menatap layar laptop dengan wajah bingung, sementara tangannya tanpa sadar membuka TikTok di ponselnya. Suara musik TikTok terdengar samar.)
Sari: (monolog)
Duh, cuma bikin esai seribu kata, kok rasanya kayak mendaki Gunung Semeru. Tapi… mungkin liat TikTok sebentar bisa nyari inspirasi?
(Dia mulai scroll TikTok dengan senyum kecil di wajahnya. Suara ketukan pintu terdengar.)
Nia: (masuk tanpa menunggu jawaban)
Hei, Sari! Lagi sibuk apa nih? Kayaknya dari tadi pintu kosmu nggak ada suara ketikan, malah musik joget-joget.
Sari: (panik, langsung mematikan ponsel)
Nia! Aku lagi nyari… inspirasi buat tugas.
Nia: (mengangkat alis)
Inspirasi, atau justru pelarian?
Sari: (defensif)
Eh, ini serius! Kadang TikTok tuh membantu loh, banyak tips belajar, life hacks, motivasi…
Nia: (tertawa kecil, mendekat)
Iya, iya, aku tahu. Tapi inspirasi itu kayak bayangan, Sar. Semakin kamu kejar, semakin dia kabur.
Sari:
Terus, aku harus gimana?
Nia: (duduk di tempat tidur, menatap Sari dengan serius tapi santai)
Pernah dengar cerita “TikTok versus Tugas”?
Sari:
Hah? Itu apaan?
Nia: (mengatur nada seperti pendongeng)
Suatu hari, seorang mahasiswa cerdas tapi malas bertemu dua jalan. Yang satu adalah Jalan Tugas, berliku tapi menuju masa depan cerah. Yang lain, Jalan TikTok, penuh tarian dan tawa, tapi ujungnya jurang.
Sari: (mengerutkan dahi)
Hmm, kok kayaknya aku tahu siapa si mahasiswa itu.
Nia:
Ya, kamu lah! Kamu lagi di persimpangan, Sar. Mau jadi yang scroll-scroll sampai lupa waktu, atau yang buka laptop dan menaklukkan dunia esai?
Sari: (menghela napas)
Tapi Nia, aku buntu. Rasanya semua ide mentok.
Nia: (mengambil ponsel Sari dan meletakkannya jauh)
Kadang, mentok itu bukan karena otakmu nggak bisa kerja. Tapi karena dia terlalu banyak diganggu sama musik, notifikasi, dan FYP. Coba kasih otakmu ruang buat bernapas.
Sari:
Caranya?
Nia: (tersenyum, menunjuk laptop)
Mulai dari satu kalimat. Jangan pikirkan seribu dulu.
Sari: (menatap laptop, mencoba mengetik)
“Oke… pendidikan adalah… kunci masa depan…”
Nia: (menirukan gaya TikTok)
“Yas! Slay, Queen!”
Sari: (tertawa)
Kamu emang nggak ada seriusnya.
Nia:
Serius itu nanti pas kamu wisuda. Tapi sekarang, ayo, fokus. TikTok bisa nunggu, Sar. Masa depanmu nggak.
(Sari tersenyum, lalu kembali mengetik dengan lebih fokus. Nia duduk di tempat tidur sambil sesekali melirik, memastikan sahabatnya tetap di “Jalan Tugas.”)
Tirai turun.