Relevansi kontekstual dalam pembelajaran mendalam (deep learning) sangat penting karena memungkinkan siswa untuk lebih memahami dan menghargai materi yang dipelajari. Ketika pembelajaran dikaitkan dengan pengalaman sehari-hari atau masalah dunia nyata, siswa tidak hanya menghafal informasi, tetapi juga memahami penerapannya. Hal ini memperkuat keterampilan berpikir kritis dan pemecahan masalah mereka.
Sebagai contoh, dalam pembelajaran PPKn dengan materi jati diri dan lingkungan, konteks nyata dapat diterapkan dengan mengaitkan pengalaman sehari-hari siswa dan masalah yang ada di sekitar mereka. Misalnya, guru dapat meminta siswa untuk menceritakan bagaimana mereka mengenal diri mereka dalam konteks keluarga, sekolah, atau masyarakat. Diskusi ini bisa menggali bagaimana nilai-nilai yang mereka anut membentuk jati diri mereka dan mempengaruhi interaksi sosial mereka.
Selain itu, relevansi kontekstual membantu siswa mempersiapkan diri untuk tantangan di luar lingkungan sekolah. Dengan memahami bagaimana ilmu yang mereka pelajari dapat diterapkan dalam kehidupan nyata, siswa lebih siap untuk menghadapi situasi praktis di dunia kerja atau masyarakat. Misalnya, dalam pembelajaran bahasa Inggris, pengajaran berbasis situasi komunikasi nyata seperti menulis email profesional atau berdiskusi di tempat kerja akan jauh lebih bermanfaat daripada sekadar mempelajari aturan tata bahasa secara teoritis.
Namun, untuk memastikan keberhasilan pendekatan ini, pendidik perlu memahami kebutuhan dan latar belakang siswa, sehingga dapat menciptakan materi pembelajaran yang benar-benar relevan. Tanpa relevansi yang jelas, siswa mungkin merasa bahwa pembelajaran tidak memiliki makna dalam kehidupan mereka, yang pada akhirnya mengurangi keterlibatan dan hasil belajar.
Dengan demikian, relevansi kontekstual adalah elemen kunci dalam pembelajaran mendalam yang tidak hanya meningkatkan pemahaman siswa, tetapi juga membantu mereka menjadi pembelajar yang lebih mandiri dan adaptif di masa depan.
Pembelajaran mendalam (deep learning) menekankan pentingnya mengaitkan materi pelajaran dengan pengalaman nyata siswa serta menilai tidak hanya hasil akhir, tetapi juga proses pembelajaran. Pendekatan ini memiliki beberapa manfaat yang didukung oleh literatur akademik:
1. Evaluasi Berbasis Proses: Penilaian dalam pembelajaran mendalam tidak hanya berfokus pada hasil akhir, tetapi juga pada proses yang dilalui siswa. Evaluasi ini mencakup bagaimana siswa menyelesaikan masalah dan memberikan alasan dalam pengambilan keputusan. Pendekatan ini memberikan gambaran yang jelas tentang perkembangan peserta didik dan mampu memberikan informasi bagi pendidik dalam merancang program pembelajaran yang lebih efektif (Iskandar, 2024).
2. Pengembangan Keterampilan Berpikir Kritis: Dengan menekankan relevansi kontekstual dan evaluasi proses, siswa didorong untuk berpikir kritis dan kreatif. Mereka belajar menganalisis situasi, mengidentifikasi masalah, dan mencari solusi yang aplikatif. Hal ini penting dalam membentuk karakter siswa sebagai pembelajar yang adaptif dan inovatif (Anwar, 2017).
3. Umpan Balik untuk Perbaikan Pembelajaran: Evaluasi proses memberikan umpan balik yang konstruktif bagi siswa dan guru. Guru dapat menilai efektivitas metode pengajaran dan melakukan penyesuaian yang diperlukan, sementara siswa mendapatkan wawasan tentang area yang perlu ditingkatkan (Nababan et al., 2024).
Dengan demikian, penerapan relevansi kontekstual dan evaluasi berbasis proses dalam pembelajaran mendalam tidak hanya meningkatkan pemahaman dan keterampilan siswa, tetapi juga berkontribusi pada peningkatan kualitas pendidikan secara keseluruhan.
Referensi
Anwar, M. K. (2017). Pembelajaran Mendalam untuk Membentuk Karakter Siswa sebagai Pembelajar. 02(2), 97–104. https://doi.org/10.24042/tadris.v2i2.1559
Iskandar, N. M. (2024). Peningkatan Kualitas Pembelajaran melalui Evaluasi yang Efektif : Tinjauan Terhadap Praktik dan Metode Evaluasi. 3, 2270–2287.
Nababan, L. I., Sutrisna, A. A., & Aulia, D. N. (2024). Penerapan Evaluasi Pembelajaran Terhadap Peserta Didik di Sekolah Dasar. 2(3), 37–43.