Ade Radar Kuswarjanti,Universitas Djuanda Bogor
UTS FILSAFAT ILMU
Nama : Ade Radar Kuswarjanti (F.2110544)
Prodi/semester : PBA/4
Dosen Pengampu : Fachri Helmanto, M.PdOntologi, Epistimoogi, dan Aksiologi dalam Pendidikan Islam Ontologi Pendidikan Islam Pendahuluan Dalam kajian tentang Filsafat Pendidikan Islam yang difokuskan kepada Ontologi Pendidikan Islam ini berusaha untuk mengupas tentang hakikat pendidikan Islam dan pola organisasi pendidikan Islam. Sementara itu, ontologi sendiri memiliki arti ilmu hakikat? Hakikat ialah realitas, realitas ialah ke-real-an, real yakni kenyataan yang sebenarnya, kenyataan yang sesungguhnya, keadaan sebenarnya sesuatu, bukanlah keadaan yang sementara atau keadaan yang menipu, bukan pula keadaan yang berubah dan bukan sesuatu yang fatamorgana. Jadi, ontologi pendidikan adalah menyelami hakikat dari pendidikan Islam, kenyataan dalam pendidikan Islam dengan segala pola organisasi yang melingkupinya, meliputi hakikat pendidikan Islam dan ilmu pendidikan Islam, hakikat tujuan pendidikan Islam, hakikat manusia sebagai subjek pendidikan yang ditekankan kepada pendidik dan peserta didik, dan hakikat kurikulum pendidikan Islam. Hakikat Pendidikan Islam dan Ilmu Pendidikan Islam Pendidikan menurut Marimba adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Dalam pendidikan yang dijelaskan tersebut di atas, bahwa dalam pendidikan terdapat beberapa unsur: Usaha (kegiatan) yang bersifat bimbingan dilakukan secara sadar. Ada pendidik, pemimpin atau penolong. Ada peserta didik, anak didik. Bimbingan itu mempunyai dasar dan tujuan. Dalam usaha itu terdapat alat-alat yang dipergunakan. Dalam dunia pendidikan, khususnya pendidikan Islam, Ahmad Tafsir menyatakan bahwa suatu tujuan harus diambilkan dari pandangan hidup. Jika pandangan hidupnya (philosophy oflife) adalah Islam, maka tujuan pendidikan menurutnya haruslah diambil dari ajaran Islam. Dalam konteks sosial-masyarakat, bangsa dan negara –maka pribadi yang bertaqwa ini menjadi rahmatan lil’alamin, baik dalam sekala kecil maupun besar. Tujuan hidup manusia dalam Islam inilah yang dapat disebut juga sebagai tujuan akhir pendidikan Islam (ultimate aims of islamic education). Hakikat Manusia Sebagai Subjek Pendidikan (Pendidik dan Peserta Didik) Manusia dapat dikaji dari berbagai sudut pandang, baik secara historis, antropologi, sosiologi dan lain sebagainya. Pada hakikatnya manusia adalah makhluk yang spesial dari pada makhluk-makhluk ciptaan Allah yang lain. Sebagaimana firman Allah dalam Al Qur’an Surat Al Baqarah, ayat 30: ngatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” Epistemologi Dalam Pendidikan Islam Pengertian Epistemologi Secara etimologi,kata “Epistemologi” berasal dari bahasa Yunani;”Episteme” dan “Logos”.” Episteme” berarti pengetahuan,sedangkan “Logos” berarti teori,uraian atau alasan.Jadi Epistemologi berarti sebuah teori tentang pengetahuan.Dalam bahasa inggris dikenal dengan istilah “Theori of Knowledge”. Teori Tentang Epistemologi Dalam teori Epistemologi terdapat beberapa aliran.Aliran-aliran tersebut mencoba menjawab pertanyaan bagaimana manusia memperoleh pengetahuan. Pertama,golongan yang mengemukakan asal atau sumber pengetahuan yaitu aliran : Rasionalisme,yaitu aliran yang mengemukakan,bahwa sumber pengetahuan manusia ialah pikiran,rasio,dan jiwa. Empirisme,yaitu aliran yang mengemukakan,bahwa sumber pengetahuan manusia berasal dari pengalaman manusia itu sendiri,melalui dunia luar yang ditangkap oleh panca indranya. Kritisme ( Transendentalisme), yaitu aliran yang mengemukakan ,bahwa sumber pengetahuan manusia itu berasal dari dunia luar dan dari jiwa atau pikiran manusia sendiri. Kedua,golongan yang mengemukakan hakikat pengetahuan manusia inklusif didalamnya aliran-aliran: Realisme,yaitu aliran yang berpendirian bahwa pengetahuan manusia adalah gambaran yang baik dan tepat tentang kebenaran.Dalam pengetahuan yang baik tergambar kebenaran seperti sesungguhnya. Idealisme, yaitu aliran yang berpendapat,bahwa pengetahuan hanyalah kejadian dalam jiwa manusia,sedangkan kenyataan yang diketahui manusia semuanya terletak diluar dirinya. Aksiologi Dalam Perspektif Islam dan Umum Aksiologi Dalam Perspektif Islam Kata “ilmu” secara etimologis dalam berasal dari bahasa Arab (ﻢﻠﻋ) mengandung arti mengetahui, mengenal memberi tanda dan petunjuk yang berantonim dari makna naqid al-jahl (tidak tahu). Karena itu, dipahami bahwa ilmu adalah sebagai suatu pengetahuan secara praktis yang dipakai untuk menunjuk pada pengetahuan sistematis tentang masalah-masalah yang berhubungan dengan subyek tertentu. Menurut Al-Qadhi ‘Abd. al-Jabbar bahwa (ilmu adalah suatu makna yang dapat menentramkan hati bagi seorang alim terhadap apa yang telah dicapainya). Pengertian ini mengindikasikan adanya ketentraman dan ketenangan jiwa apabila berhasil dalam pencariannya. Walaupun demikian, pengertian ini (menurut penulis) hanya berlaku kepada mereka yang bergelut dalam ilmu-ilmu yang bermanfaat. Dalam pandangan Imam al-Gazali bahwa(ilmu itu adalah tejadinya gambaran di dalam hati). Pengertian ini mengindikasikan bahwa gambaran esensi sesuatu itu ada di dalam hati, bukan berarti yang dimaksud di sini hanya semata-semata hati saja. Al-Gazali menganggap bahwa hati adalah bagian dari yang di dalamnya tercakup akal. Berdasarkan hal ini maka ia mengembalikan pengertian ilmu ke dalam dua komponen yaitu akal dan hati, hakikat atau esensi sesuatu sebagai obyek pokok dan cara terjadinya gambaran sesuatu itu. Dalam Kamus Bahasa Indonesia dikatakan bahwa pengertian ilmu adalah pengetahuan secara mutlak tentang sesuatu yang disusun secara sistematis menurut metode-metode tertentu dan dapat digunakan untuk merenungkan gejala-gejala tertentu di bidang pengetahuan. Pengertian ini megindikasikan bahwa ilmu itu memiliki corak tersendiri menurut suatu ketentuan yang terwujud dari hasil analisis-analisis secara konprehensif. Dari beberapa pengertian ilmu yang telah disebutkan di atas, maka dapat dipahami bahwa batasan ilmu merujuk pada hasil interaksi manusia dengan obyek tertentu yang akan menghasilkan sesuatu pengetahuan dan itulah yang disebut ilmu.