Suara Mahasiswa Untuk Pendidikan Yang Lebih Baik Melalui Pangan

Rigan Diaz Algifari,Universitas Insan Cendekia Mandiri Bandung
0
(0)

Pendahuluan
Sebagai bagian dari agen perubahan untuk negara, mahasiswa sudah barang tentu selalu diharapkan dapat menjadi angin segar bagi negara sebagai penerus bangsa dan orang yang selanjutnya memimpin. Mahasiswa disetiap disiplin ilmu tentunya akan menjadi orang-orang yang kelak akan menentukan nasib bangsanya, Indonesia sebagai bangsa yang besar dan memiliki cita cita luhur agar menjadi bangsa yang berbicara banyak di dunia internasional akan amat sangat bergantung kepada semua warga negara yang tinggal didalamnya untuk mewujudkan itu bersama.

Seperti diketahui negara kita adalah negara yang kaya raya dalam sumber daya alam namun sebaliknya miskin dalam sumber daya manusia, sehingga seringkali kita yang memiliki kekayaannya namun orang lain yang kaya dari hasil mengeruk sumber daya alam kita, kita hanya bisa jadi penonton saja disaat orang lain mengelola sumber daya alam kita. Tentunya jika
kita bisa memanfaatkan itu semua cita cita kita sebagai bangsa yang maju dapat diraih, kolaborasi antara pengelolaan sumber daya alam dan manusia jika keduanya sama baiknya maka Indonesia bisa saja meraih utopia nya.

Dalam hal ini pendidikan di Indonesia menjadi sorotan, karena seperti diketahui negara kita selalu menghadapi masalah klasik ketika akan melompat jauh, sebut saja isu ekonomi, isu pendidikan, isu sdm yang selalu saja ada masalah. Jawaban dari itu semua adalah goyahnya fondasi utama suatu negara yaitu pendidikan, masalah ada atau tidak adanya pendidikan akan selalu ada namun jika negara kita mendapatkan pendidikan yang sama rata kualitasnya di seluruh Indonesia sumber daya manusianya akan lebih siap menghadapi tantangan yang akan datang. Maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah hal fundamental atau fondasi negara yang sifatnya krusial karena berkaitan langsung dengan nasib dan masa depan bangsa mau seperti apa negara kita tergantung sdm dan juga para penerus bangsa yang memilih jalan untuk ,membawa kesuksesan dan perubahan untuk Indonesia yang lebih baik. Berkaca pada isi dari UU No.20 tahun 2003 yang isinya, pendidikan adalah usaha sadar untuk terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara, dapat ditarik makna dari isi undang undang ini bahwasanya memang benar pendidikan adalah senjata utama untuk mendapatkan potensi emas yang ada didalam anak Indonesia untuk dimanfaatkan untuk dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara, dengan kuatnya pendidikan maka potensi yang diinginkan bisa diraih.

Pembahasan
Lalu apa kaitannya antara pendidikan dan pangan ? dalam hal ini tujuan yang ingin dicapai ialah agar pendidikan Indonesia dapat maju dan bersaing secara global, namun pada realitanya pendidikan kita tertinggal jauh dari segi apapun sehingga seringkali kualitas pendidikan dan hasil didikan kita sulit bersaing secara global. Hal ini diperkuat oleh survei World Population Review terakhir pada tahun 2021 lalu Indonesia duduk diperingkat 54 dari total 78 negara yang masuk dalam pemeringkatan tingkat pendidikan dunia. Dari posisi itu Indonesia masih kalah unggul dari negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, Thailand, dan unggul dari Vietnam, Myanmar, dan Filipina. Sementara jajaran 10 besar sistem pendidikan terbaik masih dipegang oleh negara maju seperti Amerika Serikat, Britania Raya, Jerman, Kanada, Prancis, Jepang, Australia, Swedia, dan Belanda (Arifa, 2022). Berdasarkan data diatas bisa kita ketahui jika kualitas pendidikan Indonesia masih sangat memprihatinkan, memang ada banyak sekali hal kompleks yang perlu diperbaiki dari pendidikan Indonesia mulai dari kualitas guru dan tenaga pengajar, sistem pendidikan, pemerataan fasilitas pendidikan dan masih banyak sekali yang perlu diperbaiki agar mencapai pendidikan yang dapat menghasilkan sumber daya manusia yang kompetitif.

Sangat berat dan memakan waktu lama agar pendidikan kita dapat menuju kearah yang lebih baik, memperbaiki sistem tidaklah mudah juga murah, akan ada banyak penyesuaian baru terlebih sistem yang digunakan sudahlah lama dan melekat bagi peserta didik yang ada di Indonesia dan tentu akan membuat pendidikan Indonesia hancur jika memforsir hal tersebut.
Namun sebelum kita soroti sistem pendidikan dan hal hal penting lainnya, ada faktor minor lain yang dapat memperbaiki kualitas peserta didik kita semakin meningkat, hal itu ialah pangan yang sehat dan bergizi untuk asupan makanan para peserta didik.

Jadi mengapa pangan ? Pentingnya pangan ini sudah diingatkan oleh founding fathers kita Ir Soekarno beliau mengatakan bahwa persoalan pangan ini menyangkut hidup matinya suatu bangsa. Walaupun pendapat ini dikemukakan puluhan tahun kebelakang namun masih relevan dengan kondisi negara kita sekarang. Masih banyaknya warga yang kesulitan memperoleh akses terhadap pangan yang sehat dan berkualitas tentunya hal ini sangat bertentangan dengan hak azasi manusia yang tertuang dalam Undang-undang No.7 tahun 1996 tentang pangan, bahwa hak setiap orang untuk memperoleh pangan yang aman dan bergizi sama prinsipnya dengan hak memperoleh pangan yang cukup dan hak azasi manusia untuk bebas dari kelaparan. Hal ini juga merupakan pilar utama dalam membangun sumber daya manusia, pangan yang berkualitas adalah prasyarat bagi perkembangan organ-organ manusia sejak dari kandungan, yang juga nantinya berpengaruh juga terhadap perkembangan intelegensianya secara optimal lalu dapat tercapainya potensi genetiknya. Generasi yang mempunyai akses
tersebut akan mendapatkan kondisi fisik dan intelegensia yang tangguh dan dapat bersaing. Hal ini yang perlu diperhatikan jika kita ingin mendapatkan sumber daya manusia yang kuat dan tangguh serta mampu bersaing (Azahari, 2008).

Berkaca dari kasus yang terjadi terhadap para siswa yang ada di Indonesia kebanyakan dari mereka tidak mendapatkan nutrisi yang cukup untuk melahap pelajaran yang diterima, artinya masih banyak anak yang menderita stunting atau keterhambatan gizi yang berpengaruh terhadap kemampuan kognitif mereka. Bahkan melewatkan sarapan adalah hal yang sering dilakukan oleh siswa kita juga jajan sembarangan yang sudah jadi budaya kita menunjukan bahwa siswa kita memang kekurangan bahan bakar untuk mengoptimalkan fisik dan intelegensia mereka. Berkaca dari data secara keseluruhan anak usia sekolah (6-12 tahun) yang tergolong stunting sebesar 35 persen, dengan rincian dibagi kedalam dua sisi yaitu pada sisi anak yang tinggal di perdesaan (41,7%) lebih tinggi dibanding dengan perkotaan (29,3%) (Djoko Kartono, 2013). Angka tersebut masih melebihi standar yang ditetapkan oleh WHO yang memiliki angka standar di 20 persen.

Tentunya dengan melihat data diatas bisa disimpulkan bahwa sebenarnya anak Indonesia memiliki potensi yang sama akan tetapi kondisi lingkungan yang mempengaruhi dimana mereka tinggal bisa ditarik bahwasanya kesadaran masyarakat kita akan pemenuhan gizi terhadap anak usia sekolah masih rendah, khususnya masyarakat perdesaan, memang jika ditinjau dari sisi ekonomi masyarakat perdesaan bisa dibilang kurang dibanding mereka yang tinggal di perkotaan. Lalu anggapan makan yang penting kenyang tanpa memperhatikan kandungan gizi yang cukup juga jadi alasan masih banyaknya anak usia sekolah di Indonesia mengidap stunting. Dampak stunting ini juga sangat berbahaya jika dibiarkan, kekurangan zat mikro dan makro dalam tubuh maka fungsi sel untuk pertumbuhan akan tidak sempurna dan salah satunya berdampak pada kecerdasan anak, anak akan mudah letih serta tidak fokus terhadap apa yang dihadapinya.

Mahasiswa sebagai agen perubahan bisa membantu memperbaiki hal ini dengan cara melakukan kampanye tentang kesadaran pemenuhan gizi terhadap anak usia sekolah diutamakan terhadap anak yang memiliki keterbatasan ekonomi, mahasiswa dengan kekuatannya bisa membantu adik adik generasi penerus bangsa untuk mendapatkan gizi yang sama untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya. Kampanye ini bisa berupa sosialisasi ke sekolah sekolah ataupun dengan aksi nyata melakukan crowdfunding atau urunan untuk membantu memenuhi gizi mereka yang membutuhkan dan jika diperlukan untuk keberlanjutan uang hasil donasi tersebut diarahkan ke operasi jajanan murah dan bergizi yang dilakukan di sekolah sekolah yang ada. Gerakan ini juga bisa dilakukan dengan memanfaatkan media sosial yang mana persebaran informasi melalui media ini begitu cepat dan mampu menjangkau semua kalangan, dengan tujuan utamanya mengurangi angka stunting yang terjadi di Indonesia.

Kesimpulan
Jadi dapat disimpulkan bahwa kekurangan pendidikan kita disamping dari hal yang makro seperti sistem, tenaga pengajar serta fasilitas ternyata memang anak-anak usia sekolahnya sendiri masih banyak yang belum merdeka dalam hal pangan dan gizi, sehingga mereka kesulitan untuk mencapai potensi terbaiknya. Jadi dalam tulisan ini penulis mengajak mahasiswa untuk melakukan aksi atau kampanye gerakan nyata dari mahasiswa untuk membantu memenuhi kebutuhan pangan serta pemberian sosialisasi pentingnya pangan yang bergizi dan berkualitas bagi anak usia sekolah. Semangat mahasiswa tahun 98 jadi contoh untuk mengajak mahasiswa diberbagai disiplin ilmu untuk membangun Indonesia lebih maju dengan berfokus pada masing masing hal yang dikuasai, bantu sesuai dengan kemampuan yang kita punya dengan itu tugas perbaikan pendidikan kita yang kompleks bisa dikerjakan bersama.

Dalam hal ini penulis sebagai mahasiswa pertanian yang berkaitan erat dengan pangan ingin membantu memajukan pendidikan melalui pangan yang berkualitas dan bergizi bagi pertumbuhan anak Indonesia untuk meraih potensinya, percaya bahwa anak Indonesia semua hebat dan mampu membawa Indonesia maju di masa depan. Gerakan ini adalah wujud kepedulian untuk memperbaiki pendidikan dari sektor perbaikan gizi untuk sumber daya manusia atau anak usia sekolah Indonesia adalah wujud dari langkah awal perubahan pendidikan Indonesia yang lebih baik lagi di masa depan. Gerakan yang ingin dicapai dari suara mahasiswa ini ialah pengumpulan dana untuk selanjutnya disalurkan bagi kebutuhan gizi mereka yang membutuhkan, dan juga membuat operasi jajanan murah dan sehat juga bergizi bagi anak usia sekolah yang dilakukan di sekolah juga dibarengi dengan sosialisasi pentingnya memperhatikan asupan pangan yang baik bagi anak usia sekolah, edukasi yang dilakukan juga bertujuan agar merubah kebiasaan buruk jajan sembarangan dan memilih apa yang baik untuk mereka konsumsi supaya dapat memenuhi nutrisi mereka agar perkembangan tubuh anak-anak
ini berjalan baik dan dirasa akan mampu membuat mereka lebih sehat lagi dan terbebas dari stunting. Sehingga jika kondisi fisik sehat maka mereka akan dapat belajar dengan semangat serta mampu memaksimalkan potensi yang mereka punya.

Dengan memanfaatkan suara mahasiswa penulis yakin mahasiswa mampu mengurangi angka stunting yang ada di Indonesia untuk mendukung anak Indonesia mencapai potensinya masing-masing di berbagai penjuru Indonesia. Akhir kata semoga gerakan ini dapat terwujud lalu penulis masih menyadari bahwa opini ini masih perlu digodok lagi agar lebih sempurna. Dari mahasiswa Indonesia untuk siswa Indonesia.

How useful was this post?

Click on a star to rate it!

Average rating 0 / 5. Vote count: 0

No votes so far! Be the first to rate this post.

As you found this post useful...

Follow us on social media!

We are sorry that this post was not useful for you!

Let us improve this post!

Tell us how we can improve this post?

pangan.jpeg