Sejarah Etika

  • Post author:
  • Post category:Filsafat
  • Post last modified:October 8, 2021
  • Reading time:12 mins read
0
(0)

Ditulis oleh Deva Tauhida Febriana, Pendidikan Bahasa Arab Universita Djuanda

PENDAHULUAN

Semangat dalam mengkaji sebuah disiplin ilmu sudah semestinya didahului dengan pengetahuan tentang asal kemunculan ilmu tersebut atau kajian secara historis. Hal ini dilakukan dengan tujuan proses pemahaman secara sistematis. Sehingga, kerancuan pemahaman dapat dihindari.

Pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan di dunia semakin maju. Salah satu disiplin ilmu adalah di bidang filsafat. Salah satu cabang ilmu filsafat yang mempelajari problematika kesusilaan dan moralitas manusia adalah filsafat moral atau yang biasa disebut dengan Etika. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan A.C. Ewing (2003: 13), “Etika atau filsafat moral berhubungan dengan nilai-nilai dan konsep tentang ‘seharusnya'”.

Etika berasal dari istilah etik, istilah ini berasal dari bahasa Greek yang mengandung arti kebiasaan atau cara hidup. K Bertens dalam buku etikanya menjelaskan lebih jelas lagi. Etika berasal dari bahasa Yunani kuno. Kata Yunani ethos dalam bentuk tunggal mempunyai banyak arti: tempat tinggal yang biasa; padang rumput; kandang; kebiasaan, adat; akhlak, watak; perasaan, sikap, cara berpikir. Dalam bentuk jamak artinya adalah adat kebiasaan.

Etika sering diidentikkan dengan moral (atau moralitas). Namun, meskipun sama-sama terkait dengan baik-buruk tindakan manusia, etika dan moral memiliki perbedaan pengertian. Moralitas lebih condong pada pengertian nilai baik dan buruk dari setiap perbuatan manusia itu sendiri, sedangkan etika berarti ilmu yang mempelajari tentang baik dan buruk. Jadi bisa dikatakan, etika berfungsi sebagai teori tentang perbuatan baik dan buruk. Dalam filsafat terkadang etika disamakan dengan filsafat moral.

Etika membatasa dirinya dari disiplin ilmu lain dengan pertanyaan apa itu moral? Ini merupakan bagian terpenting dari pertanyaan-pertanyaan seputar etika. Tetapi di samping itu, tugas utamanya adalah menyelidiki apa yang harus dilakukan manusia. Semua cabang filsafat berbicara tentang yang ada, sedangkan filsafat etika membahas yang harus dilakukan.

Selain itu, etika bisa disebut sebagai ilmu tentang baik dan buruk atau kata lainnya adalah teori tentang nilai. Dalam islam, teori nilai mengenal lima kategori baik buruk. Yaitu baik sekali, baik, netral, buruk dan buruk sekali. Nilai ditentukan oleh Tuhan, karena Tuhan Maha Suci yang bebas dari noda apa pun jenisnya. Tetapi tujuan etika itu sendiri ialah bagaimana mengungkap perbedaan kebaikan dan keburukan sejelas-jelasnya sehingga mendorong manusia terus melangkah pada kebaikan.

Kebaikan itu sendriri (menurut Ibnu Sina) sangat erat kaitannya dengan kesenangan. Kebaikan itu membuat manusia lebih sempurna dalam suatu hal. Kebaikan terbaik berkaitan dengan kesempurnaan roh manusia. Dengan demikian, kejahatan merupakan sejenis ketidak sempurnaan.

Sebagai manusia, tujuan hidup kita adalah untuk menghentikan kesenangan duniawi sebagai suatu yang diinginkan dan mengembangkan serta menyempurnakan roh dengan cara bertindak menurut kebajikan-kebajikan rasional. Roh yang demikian berada sangat dekat dengan sumber ketuhanannya dan ingin bersekutu dengannya dan dengan arahnya itu ia mencapai kebahagiaan abadi.

Sedangkan menurut teori hedonisme Yunani kuno mengajarkan bahwa kebaikan itu merupakan sesuatu yang mengandung kepuasan atau kenikmatan. Sedangkan aliran pragmatisme mengajarkan bahwa segala sesuatu yang baik dalam kehidupan adalah yang berguna secara praktis. Sama beda dengan aliran utilitarianisme yang mengajarkan bahwa yang baik adalah yang berguna.

Kata yang cukup dekat dengan “etika” adalah “moral”. Kata moral ini berasal dari bahasa Latin mos (jamak: mores) yang berarti juga: kebiasaan, adat. Jadi etimologi kata “etika” sama dengan etimologi kata “moral” karena keduanya berasal dari kata yang berarti adat kebiasaan. Hanya bahasa asalnya berbeda: yang pertama berasal dari bahasa Latin.

Sementara akhlak berasal dari beentuk jamak bahasa arab khuluq yang berarti suatu sifat permanen pada diri seseorang yang melahirkan perbuatan secara mudah tanpa membutuhkan proses berpikir. Definisi lain dari akhlak adalah sekumpulan nilai-nilai yang menjadi pedoman berperilaku dan berbuat. Akhlak juga secara singkat diartikan sebagai budi pekerti atau perangai.

Jadi bisa disimpulkan bahwa Etika adalah ilmu moral/ilmu akhlak yang mengidikasikan hal-hal pra tindakan yang berupa pengetahuan serta pemikiran tentang hal atau tindakan baik dan buruk.

PEMBAHASAN

Secara historis etika sebagai usaha filsafat lahir dari keambrukan tatanan moral di lingkungan kebudayaan Yunani 2.500 tahun lalu. Karena pandangan-pandangan lama tentang baik dan buruk tidak lagi dipercaya, para filosof mempertanyakan kembali norma-norma dasar bagi kelakuan manusia.

Penyelidikan para ahli filsafat tidak banyak memperhatikan masalah Etika. Kebanyakan dari mereka melakukan penyidikan mengenai alam. misalnya: bagaimana alam ini terjadi ? apa yang menjadi unsur utama alam ini ? dan lain – lain. sampai akhirnya datang Sophisticians ialah orang yang bijaksana yang menjadi guru dan tersebar ke berbagai negeri.

Tempat pertama kali disusunnya cara-cara hidup yang baik dalam suatu sistem dan dilakukan penyelidikan tentang soal tersebut sebagai bagian filsafat. Menurut Poespoproddjo, kaum Yunani sering mengadakan perjalanan ke luar negeri itu menjadi sangat tertarik akan kenyataan bahwa terdapat berbagai macam kebiasaan, hukum, tata kehidupan dan lain-lainnya. Bangsa Yunani mulai bertanya apakah miliknya, hasil pembudayaan negara tersebut benar-benar lebih tinggi karena tiada seorang pun dari Yunani yang akan mengatakan sebaliknya, maka kemudian diajukanlah pertanyaan mengapa begitu? Kemudian diselidikinya semua perbuatan dan lahirlah cabang baru dari filsafat yaitu etika.

Jejak-jejak pertama sebuah etika muncul dikalangan murid Pytagoras. Kita tidak tahu banyak tentang pytagoras. Ia lahir pada tahun 570 SM di Samos di Asia Kecil Barat dan kemudian pindah ke daerah Yunani di Italia Selatan. Ia meninggal 496 SM. Di sekitar Pytagoras terbentuk lingkaran murid yang tradisinya diteruskan selama dua ratus tahun. Menurut mereka prinsip-prinsip matematika merupakan dasar segala realitas. Mereka penganut ajaran reinkarnasi. Menurut mereka badan merupakan kubur jiwa (soma-sema,”tubuh-kubur”). Agar jiwa dapat bebas dari badan, manusia perlu menempuh jalan pembersihan. Dengan bekerja dan bertapa secara rohani, terutama dengan berfilsafat dan bermatematika, manusia dibebaskan dari ketertarikan indrawi dan dirohanikan. 

100 tahun kemudian Demokritos (460-371 SM) bukan hanya mengajarkan bahwa segala apa dapat dijelaskan dengan gerakan bagian-bagian terkecil yang tak terbagi lagi, yaitu atom-atom. Menurut Demokritos nilai tertinggi adalah apa yang enak. Dengan demikian, anjuran untuk hidup baik berkaitan dengan suatu kerangka pengertian hedonistik.

Sokrates (469-399 SM) dipandang sebagai perintis ilmu akhlak. karena ia pertama berusaha dengan sungguh – sungguh membentuk perhubungan manusia dengan ilmu pengetahuan. Dia berpendapat akhlak dan bentuk berhubungan itu tidak menjadi benar kecuali bila didasarkan ilmu pengetahuan. Sokrates tidak meninggalkan tulisan. Ajarannya tidak mudah direkonstruksi karena bagian terbesarnya hanya kita ketahui dari tulisan-tulisan Plato. Dari dialog-dialog Plato hampir selalu Sokrates lah yang menjadi pembicara utama sehingga tidak mudah untuk memastikan pandangan aslinya atau pandangan Plato sendiri. Melalui dialog, Sokrates mau membawa manusia kepada paham-paham etis yang lebih jelas dengan menghadapkannya pada implikasi-implikasi anggapan anggapannya sendiri. Dengan demikian, manusia diantar kepada kesadaran tentang apa yang sebenarnya baik dan bermanfaat. Dari kebiasaan untuk berpandangan dangkal dan sementara, manusia diantar untuk kepada kebijaksanaan yang sebenarnya.

Faham Antisthense, yang hidup pada 444-370 SM. Ajaranya mengatakan ketuhanan itu bersih dari segala kebutuhan. dan sebaik – baik manusia itu yang berperangai dengan akhlak ketuhanan. Maka ia mengurangi kebutuhanya sedapat mungkin, rela dengan sedikit, suka menanggung penderitaan, dan mengabaikanya. Dia menghinakan orang kaya, menyingkiri segala kelezatan, dan tidak peduli kemiskinan dan cercaan manusia selama ia berpegangan dengan kebenaran. Pemimpin aliran ini yang terkenal adalah Diogenes, wafat pada 232 SM. Dia memberi pelajaran kepada kawan-kawannya untuk menghilangkan beban yang dilakukan oleh ciptaan manusia dan peranannya. 13 Setelah faham Antisthenes ini, lalu datang Plato (427SM). ia seorang ahli Filsafat Athena, yang merupakan murid dari Socrates.

Plato (427 SM) tidak menulis tentang etika. Buku etika pertama ditulis oleh Aristoteles  (384 SM). Namun dalam banyak dialog Plato terdapat uraian-uraian bernada etika. Itulah sebabnya kita dapat merekontruksi pikiran-pikiran Plato tentang hidup yang baik.  Intuisi dasar Plato tentang hidup yang baik itu, mempengaruhi filsafat dan juga mempengaruhi kerohanian di Barat selama 2000 tahun. Baru pada zaman modern, paham tentang keterarahan objektif kepada yang Ilahi dalam segala yang ada mulai ditinggalkan dan diganti oleh pelbagai pola etika; diantaranya etika otonomi kesadaran moral Kant adalah yang paling penting. Etika Plato tidak hanya berpengaruh di Barat. Melainkan lewat Neoplatoisme juga masuk ke dalam kalangan sufi Muslim. Disinilah nantinya jalur hubungan pemikiran filsafat Yunani dengan pemikir Muslim seperti Ibn Miskawaih yang banyak mempelajari filsafat Yunani sehingga mempengaruhi tulisan-tulisannya mengenai filsafat etika. Setelah Aristoteles, 

Epikuros (314-270 SM) adalah tokoh yang berpengaruh dalam filsafat etika. Ia mendirikan sekolah filsafat di Athena dengan nama Epikureanisme yang akan menjadi salah satu aliran besar filsafat Yunani pasca Aristoteles. Berbeda dengan Aristoteles dan Plato, berbeda juga dengan Stoa. Epikuros dan murid-muridnya tidak berminat memikirkan, apalagi masuk ke bidang politik. Ciri khas filsafat Epikuros adalah penarikan diri dari hidup ramai. Semboyannya adalah “Hidup dalam Kesembunyian”

Etika Epikurean bersifat privatistik. Yang dicari adalah kebahagiaan pribadi. Epikuros menasihatkan orang untuk menarik diri dari kehidupan umum, dalam arti ini adalah individualisme. Namun ajaran Epikuros tidak bersifat egois. Ia mengajar bahwa sering berbuat baik lebih menyenangkan daripada menerima kebaikan.  Bagi kaum Epikurean, kenikmatan lebih bersifat rohani dan luhur  daripada jasmani. Tidak sembarang keinginan perlu dipenuhi. Ia membedakan antara keinginan alami yang perlu (makan), keinginan alami yang tidak perlu (seperti makanan yang enak), dan keinginan sia-sia (seperti kekayaan). 

PENUTUP

Etika berasal dari istilah etik, istilah ini berasal dari bahasa Greek yang mengandung arti kebiasaan atau cara hidup. K Bertens dalam buku etikanya menjelaskan lebih jelas lagi. Etika berasal dari bahasa Yunani kuno. Kata Yunani ethos dalam bentuk tunggal mempunyai banyak arti: tempat tinggal yang biasa; padang rumput; kandang; kebiasaan, adat; akhlak, watak; perasaan, sikap, cara berpikir. Dalam bentuk jamak artinya adalah adat kebiasaan.

Secara historis etika sebagai usaha filsafat lahir dari keambrukan tatanan moral di lingkungan kebudayaan Yunani 2.500 tahun lalu. Karena pandangan-pandangan lama tentang baik dan buruk tidak lagi dipercaya, para filosof mempertanyakan kembali norma-norma dasar bagi kelakuan manusia.

Penyelidikan para ahli filsafat tidak banyak memperhatikan masalah Etika. Kebanyakan dari mereka melakukan penyidikan mengenai alam. misalnya: bagaimana alam ini terjadi ? apa yang menjadi unsur utama alam ini ? dan lain – lain. sampai akhirnya datang Sophisticians ialah orang yang bijaksana yang menjadi guru dan tersebar ke berbagai negeri.

Referensi

  1. Baqir, Haidar. 2005. Saku Filsafat Islam. Bandung: Mizan
  2. Bertens, K. 1993. Etika. Jakarta: Gramedia
  3. Poespoprodjo. 1999. Filsafat Moral Kesusilaan Teori dan Praktek. Bandung: Pustaka Grafika
  4. Widjajanti, Rosmaria Sjafariah. 2008. Etika. Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
  5. H.A. Mustofa, 1999. Akhlak Tasawuf. Bandung: CV. Pustaka Setia
Cara mengutip artikel ini

Febriana, D.T. (2021, July 21) Sejarah Etika. Retrieved from https://mitrapalupi.com/sejarah-etika

How useful was this post?

Click on a star to rate it!

Average rating 0 / 5. Vote count: 0

No votes so far! Be the first to rate this post.

As you found this post useful...

Follow us on social media!

We are sorry that this post was not useful for you!

Let us improve this post!

Tell us how we can improve this post?