Ditulis oleh Piya Septiyani, Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Djuanda
Contents
Pendahuluan
Sebelum masuk kepada pembahasan disini saya akan menjelaskan tentang Ilmu Filsafat terlebih dahulu.Jadi apa yang dimaksud dengan Ilmu Filsafat? Dan apa hubungannya dengan materi yang akan saya bahas pada kesempatan ini?
Jadi Filsafat ini adalah ilmu yang mempelajari tentang kajian-kajian yang khusus membahas masalah-masalah mendasar tentang persoalan seperti Keberadaan atau apa yang ada atau yang memiliki aktualitas (Eksistensi), Pengetahuan, Nilai-nilai, Akal, Pikiran, dan Bahasa.Jadi bisa dikatakan bahwa pada awal kelahiran filsafat ini tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, singkatnya pengetahuan ini mulai berkembang ketika ada filsafat yakni pada masa peradaban Kuno (Yunani). Dan merupakan periode yang sangat penting dalam sejarah. Karena pada masa ini pola pikir manusia berubah, yaitu dari mitosentris (pemikiran yang lebih mengarah kepada hal-hal mitos untuk mengungkapkan sesuatu) menjadi logosentris (pemikiran yang lebih mengarah kepada kelogisan atau melihat fakta yang ada dalam mengungkapkan sesuatu dapat di katakan bahwa logosentris ini berbanding terbalik bahkan menentang hal-hal dari mitosentris).
Kemudian sampailah filsafat ini pada abad pertengahan atau biasa disebut dengan Filsafat Eropa. Filsafat pada abad pertengahan ini sebagian besar pemikirannya dipengaruhi oleh Kristen ,jadi pada abad ini lebih didominasi oleh keagamaan. Sampai akhirnya Filsafat sampai kea bad modern.Kita sebagai generasi muda penting mempelajari ilmu filsafat ini karena sangat bermanfaat. Salah satu manfaatnya yaitu menjadikan kita bijaksana. Bijaksana disini dalam artian berfikir dan menyimpulkan sesuatu. Lalu apa sih sebenarnya hubungan Filsafat dengan materi pembahasan kali ini yakni Konsep Epistemologi dan Metafisika.
Untuk orang-orang yang sedang mendalami Ilmu Filsafat pastinya sudah tidak asing lagi dengan kata Epistemologi dan Metafisika, kenapa? Karena Epistemologi dan Metafisika ini merupakan cabang-cabang dari ilmu Filsafat. Yang mana konsep Epistemologi ini membahas tentang asal-usul pengetahuan dan kemudian bagaimana cara memperolehnya sedangkan Metafisika ini lebih ilmu mendalami tentang hal-hal yang tidak dapat terlihat (Ghaib) seperti keimanan,tentang adanya makhkluk-makhluk ghaib seperti jin dan syetan,bagaimana wujud tuhan, dan lain-lain.Maka dari itu apakah Epistemologi dan Metafisika ini saling bertentangan atau malah saling berhubungan/berketerkaitan satu sama lain.Untuk pembahasan selanjutnya akan dijelaskan di halaman berikutnya.
Pembahasan
Membahas tentang Konsep Epistemologi dan Metafisika ini ternyata saling berhubungan. Karena pada dasarnya pondasi metafisilk ini sangatlah penting dan sangat berpengaruh bagi seluruh bangunan epistemologi, yang didalamnya termasuk system klasifikasi maupun metodologi yang digunakannya. Kenapa bisa? Maka dari itu sebelum ke pembahasan yang lebih mendetail lagi kita akan membahasnya satu persatu terlebih dahulu :
Konsep Epistemologi
Konsep Epistemologi, menurut para ahli :
(a). Achmad Charris Zubair
Ilmu yang secara khusus mempelajari dan juga mempersoalkan secara mendalam tentang apa dan dari mana pengetahuan diperoleh dan bagaimana juga cara memperoleh pengetahuan tersebut.Jadi menurut Achmad Charris ini lebih kepada dari mana ilmu tersebut didapatkan kemudian bagaimana kita memperolehnya agar pengetahuan itu bisa dicerna dan bermanfaat bagi orang lain. Contoh mudahnya, kira-kira benda apa yang harus dibuat agar orang-orang tidak kelelahan karena berdiri. Dimulai dari pancaindra kita melihat suatu hal, dan hal itu membuat kita langsung berfikir ah itu.
Setelah itu barulah akal kita akan berfikirkira-kira bwntuknya akan seprti apa, maka dari itu adalah sekarang yang kita kenal yaitu kursi. Bahkan semakin berkembangnya zaman bentuk kursi ini makin beragam bentuknya, dan lebih hebatnya lagi kursi ini tidak dibuat dari kayu saja tapi ada juga yang dari besi, dan lain-lain.
(b). Mujamil Qomar
Konsep Epistemologi ini merupakan bagian dari ilmu filsafat yang khusus mempelajari juga menentukan arah dan kodrat/kekuasaan pengetahuan. Dari pemahaman yang saya dapat Epistemologi yang dimaksud oleh beliau ini lebih kepada seperti misalnya jika mengenai tentang angka misalnya ini akan mengarai kepada pelajaran apa saja,dan akan menjadi ciri khas pelajaran apa angka ini.
(c). Jujun S. Suria Sumantri
Beliau berpendapat bahwa konsep Epistemologi ini lebih kepada arah berfikir kita sebagai manusia dalam menemukan ilmu pengetahuan dan memperolehnya dengan menggunakan kemampuan rasio/hubungan secara matematis. Mungkin pendapat Jujun S ini tidak jauh berbeda dari pendapat Achmad Harris hanya bedabya disini dia menggunakan kemampuan rasio untuk memperoleh pengetahuannya. Bisa diambil contoh saat seseorang akan membuat meja, agar meja itu jadi dengan baik maka kita harus menghitung berapa panjang ukuran kakinya, kemudian berapa lebar dan tinggi tatakannya. Jika semua sudah diperhitungkan dengan baik maka jadilah sebuah meja.
(d). Anton Bakker
Sedangkan menurut Anton Bakker ini beliau berpendapat bahwa epistemology merupakan cabang dari Fisafat yang berurusan mengenai hakikat dan ruang lingkup pengetahuan. Bisa kita ambil contoh disini tas, kenapa itu bisa disebut tas, bagaimana bisa terfikirkan bahwa bentu ta situ seperti itu, apa fungsi dari tas itu, jika tas besar bisa memuat berapa banyak barang, dan lain-lain.
Dari ke-empat pendapat para ahli tersebut dapat saya simpulkan bahwa konsep epistemology ini merupakan bagian dari ilmu filsafat yang memfokuskan terhadap persoalan pengetahuan, seperti hakikat, teori, ruang lingkup, arah dan kodrat, dari mana pengetahuan diperoleh dan bagaimana juga cara memperoleh pengetahuan tersebut.Atau dapat disimpulkan konsep Epistemologi ini adalah usaha kita untuk memperoleh ilmu-ilmu pengetahuan.
Konsep Metafisika
Muhammad Iqbal berpendapat bahwa metafisika ini adalah bahwa ada hal-hal lain diatas tingkat normal (abnormal) atau yang biasa kita sebut dengan intuisi.Jadi intuisi ini adalah realitas yang tidak dapat dijangkau oleh akal pikiran kita.Semisal kita percaya akan adanya tuhan, tapi kita tidak tau wujudnya seperti apa.Dan saat kita ingin memikirkannya akal pikiran kita ini tidak akan sampai, dan bahkan mungkin kita memikirkannya sampai bertahun-tahun pun tentang wujud tuhan walaupun yang meneliti orang-orang ahli sekalipun tidak akan dapat menemukannya.
Karena hal ini termasuk kedalam intuisi atau bisa dibilang di luar nalar manusia. Tapi dari hal yang saya pernah pelajari memikirkan tentang wujud tuhan itu termasuk kedalam murtad pikiran. Jadi kita sebagai manusia tidak perlu memikirkan kira-kira wujud tuhan itu seperti apa,apalagi kalua sampai memikirkan wujudnya itu sama seperti kita (astagfirullahaladzim) yang terpenting adalah kita percaya (iman) bahwa tuhan itu ada, dan kita sebagai hambanya harus tetap bertawakal.
Metafisika bermakna suatu pemikiran tetapi pemikiran tersebut terbuka bagi dimensi yang tak berhingga,atau dapat di katakan di luar pikiran, dengan artian beliau memercayai bahwa ada hal lain di dunia ini yang tak dapat kita ketahui.Bahkan metafisika ini beliau tempatkan bahwa melampaui ontology, dikarenakan saat pertama kali perjumpaan kita dengan orang lain itu akan menjadi momen yang etis dan pastinya akan selalu diingat. Karena itulah bagi beliau pada dasarnya kodrat metafisika itu bersifat etis. Maka dari itu metafisika dan etikan tidak dipisahkan satu sama lain (Emmanuel Levinas 1989).
Dari dua pendapat para ahli diatas dapat kita simpulkan bahwa salah satu cabang dari ilmu filsafat yakni konsep Metafisika ini membahas sesuatu hal yang berkaitan dengan hal-hal diluar nalar yang tidak akan bisa dijangkau oleh akal pikiran manusia.Atau dapat dikatakan bahwa metafisika ini memercayai adanya dimensi lain yang tidak dapat kita lihat dan ketahui. Bahkan ditempatkan melampaui ontology, untuk ontology sendiri yaitu ilmu yang membahas tentang suatu hal yang konkret atau nyata.
Jadi jika ontology ini ilmu yang mempelajari suatu hal yang nyata sedangkan metafisika ilmu yang mempelajari suatu hal yang tidak nyata dan diluar akal nalar pikiran manusia. Sebenarnya untuk ilmu filsafat terutama dalam Konsep Epistemologi dan Konsep Metafisika ini mempunyai pandangan atau pendapat dari banyak para ahli yang pasti beragam . Ada yang memiliki pendapat yang sama, hampir sama bahkan mungkin ada yang bertolak belakang. Oleh karena itu saya mohon koreksi saya apabila ada pemahaman saya yang mungkin agak menyimpang.
Penutup
Dari semua pemaparan diatas dapat kita simpulkan apa perbandingan dari konsep Epistemologi dan Metafisika.Konsep Epistemologi ini merupakan ilmu yang memfokuskan terhadap persoalan pengetahuan, seperti hakikat, teori, ruang lingkup, arah dan kodrat, dari mana pengetahuan diperoleh dan bagaimana juga cara memperoleh pengetahuan tersebut.Atau dapat disimpulkan konsep Epistemologi ini adalah usaha kita untuk memperoleh ilmu-ilmu pengetahuan.Sedangkan konsep Metafisika ini membahas sesuatu hal yang berkaitan dengan hal-hal diluar nalar yang tidak akan bisa dijangkau oleh akal pikiran manusia.Atau dapat dikatakan bahwa metafisika ini memercayai adanya dimensi lain yang tidak dapat kita lihat dan ketahui.
Bahkan ditempatkan melampaui ontology, untuk ontology sendiri yaitu ilmu yang membhas tentang suatu hal yang konkret atau nyata. Jadi jika ontology ini ilmu yang mempelajari suatu hal yang nyata sedangkan metafisika ilmu yang mempelajari suatu hal yang tidak nyata dan diluar akal nalar pikiran manusia.Jadi singkatnya epistemology ini mempersoalkan tentang pengetahuan sedangkan Metafisika mempersoalkan suatu hal sehingga hal-hal yang dianggap tidak mungkin menjadi ada (hal diluar akal pikiran).
Jadi konsep Epistemologi dan Metafisika ini sama-sama cabang dari ilmu Filsafat tetapi membahas hal yang berbeda/beda pembahasan dan persoalan. Alangkah baiknya sebelum kita mempelajari konsep Epistemologi dan metafisika kita memahami lebih dalam lagi tentang ilmu Filsafat, agar nantinya kita lebih paham lagi dan tidak keliru mengenai Epistemologi,Metafisika dana pa hubungannya dengan Ilmu Filsafat. Karena sedikit saja kita salah menyimpulkan maka akan berakibat fatal, yang mengakibatkan kita berfikir negative atau menyimpang dari ilmu filsafat ini.
Mungkin cukup sekian dari saya mohon maaf apabila ada salah-salah kata atau pemahaman.Terimakasih.
Referensi
- Jauhari, A. (2016). Konsep Metafisika Emmanuel Levinas. Yaqzhan, 2(1), 15–25.
- Hasbunallah, A. (2018). Epistemologi Metafisika Suhrawardi< : Kajian atas Simbolisme Cahaya dalam Ḥikmat al-Ishrāq.
- Jujun S. Suriasumantri, Ilmu Filsafat, (Jakarta :Pustaka Sinar Harapan, 1990),Hal 105.
- Kartawinata, A. (2016). Konsep Metafisika Muhammad Iqbal. Al-A’raf: Jurnal Pemikiran Islam dan Filsafat, 13(1), 47-64.
- Emmanuel Levinas, “Is Ontology Fundamental?”, terj. Peter Atterton, Philosophy Today, vol. 33, Musim Panas 1989, hlm. 123
- Mulyadhi Kartanegara, Nalar Religius; Menyelami Hakikat Tuhan, Alam Manusia (Jakarta: Erlangga, 2007), 65-67.
- Dosen, M. K. (2020). Pengantar filsafat ilmu Pertahanan (p. 32).
- http://eprints.umsida.ac.id/572/1/epistemologi%20pendidikan.pdf
Septiyani, P. (2021, Agustus 1) Perbandingan Konsep epistemologi dan metafisika. Retrieved from https://mitrapalupi.com/perbandingan-konsep-epistemologi-dan-metafisika