Pentingnya dan pertumbuhan sistem berpikir

  • Post author:
  • Post category:Filsafat
  • Post last modified:October 8, 2021
  • Reading time:11 mins read
5
(2)

Ditulis oleh siti rahmah Universitas Djuanda

Permasalahan dunia nyata yang menjadi kian terkoneksi akibat berbagai kemajuan teknologi membutuhkan sebuah pendekatan yang lebih integratif dan terstruktur untuk menguraikan nya. Pendekatan berpikir sistem memberikan alternatif analisa permasalahan kompleks yang memfokuskan tidak hanya kepada masalah di komponen, namun pada konektivitas antar komponen. Berpikir sistem dapat mengantarkan anda untuk memasuki transisi dalam melihat komponen, lalu melihat hubungan antar antar komponen, kemudian melihat hubungan yang saling interkoneksi, hingga akhirnya melihat hubungan yang saling berketergantungan antar komponen. Kemampuan ini membuat anda dapat memahami permasalahan dengan lebih baik, dan pemahaman yang lebih baik bisa membuka peluang solusi yang lebih baik pula.

Pentingnya sistem berpikir merupakan sebuah upaya meningkatkan kesadaran diri setiap individu dalam menjalani kehidupan dengan keadaan dunia yang berubah-ubah setiap hari nya. Kemajuan teknologi di era globalisasi juga bagian dari mengapa begitu pentingnya sistem berpikir karena perubahan zaman adalah tantangan besar yang kita hadapi saat ini dan mau tidak mau harus bersahabat akan nya. Dalam memaknai pentingnya sistem berpikir perlu pemahaman dari setiap sisi dan sudut pandang.

Sistem berpikir merupakan suatu proses untuk memahami suatu fenomena dengan tidak hanya memandang dari satu atau dua sisi tertentu. Berpikir sistem berarti bagaimana memahami bahwa suatu fenomena akan dipengaruhi oleh banyak fenomena lainnya. Sebagai contoh sederhana ekosistem yang terdiri dari berbagai elemen, seperti air, udara, tumbuhan, hewan mereka merupakan satu kesatuan. Mereka bekerjasama untuk terus hidup, atau sebaliknya jika tidak mereka akan mati. Contoh lain : onderdil-onderdil sepeda; roda sepeda, setir sepeda, sadel sepeda, kerangka sepeda tidak akan berarti apa-apa jika hanya terpisah. Sedangkan apabila membentuk satu kesatuan maka jadilah Sepeda yang dapat bermanfaat. Dalam organisasi, sistem terdiri dari struktur, orang dan proses yang bekerjsama untuk membuat organisasi sehat; atau sebaliknya tidak sehat, bahkan mati. Berpikir kesisteman adalah suatu disiplin ilmu untuk melihat struktur yang mendasari situasi kompleks, dan untuk membedakan perubahan tingkat tinggi terhadap perubahan tingkat rendah. Tentu saja, berpikir kesisteman mempermudah hidup dengan membantu kita untuk melihat pola yang lebih dalam yang mendasari beberapa peristiwa dan detailnya (Senge, 1990).

Sistem bersifat hierarchical tersusun dari subsistem-subsistem yang merupakan sistem tersendiri. Oleh karena itu apabila ingin berpikir sistem harus pula digunakan pendekatan holistic. Beberapa jenis sistem diantaranya : 1) Sistem Alam (termasuk tubuh manusia dan makhluk hidup lain) ; 2) sistem rekayasa (dirancang oleh manusia); 3) sistem sosial dan kegiatan manusia.

Dalam perspektif pendekatan sistem, sistem sosial tidak bisa dipahami dengan menguraikan bagian-bagian masalah satu persatu. Menguraikan bagian-bagian sistem sosial dapat menghilangkan jati diri sistem yang terletak pada interaksi antar bagian bagian tersebut. Berpikir sistem bukan dengan menguraikan yangkompleks menjadi lebih sederhana, tetapi melihat dari jarak yang lebih jauh sehingga keterkaitan yang kompleks antar subsistem dapat terlihat. Elemen-elemen sistem merupakan bagian-bagian yang berinteraksi dalam hubungan timbal balik, merespons satu sama lain dalam konteks peran-peran. Interaksi (Reciprocity) berarti komunikasi antara satu bagian dengan bagian yang lain. Interaksi berarti kedua pihak saling mempengaruhi ketika berinteraksi satu sama lain. Roles berarti suatu karakter atau fungsi yang diemban oleh suatu bagian. Berpikir sistem (system thinking) berbeda dengan berpikir sistematik (systematic thinking) dan berpikir sistemik (systemic thinking).  

Berpikir sistematik (systematic thinking), artinya memikirkan segala sesuatu berdasarkan kerangka metode tertentu, ada urutan dan proses pengambilan keputusan. Berpikir sistemik (systemic thinking), maknanya mencari dan melihat segala sesuatu memiliki pola keteraturan dan bekerja sebagai sebuah sistem. Contohm Bila kita melihat koperasi, unit usaha kecil dan menengah (UKM), Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan konglomerat, maka kita akan memandangnya sebagai sistem perekonomian nasional. Sementara itu berpikir sistem (system thinking) adalah menyadari bahwa segala sesuatu berinteraksi dengan perkara lain di sekelilingnya, meskipun secara formal-prosedural mungkin tidak terkait langsung atau secara spasial berada di luar lingkungan tertentu (Iman, 2008). System thinking lebih menekankan pada kesadaran bahwa segala sesuatu berhubungan dalam satu rangkaian sistem. Berpikir sistem mengkombinasikan antara analytical thinking (kemampuan mengurai elemen-elemen suatu masalah) dengan synthetical thinking (memadukan elemen-elemen tersebut menjadi kesatuan).

Berpikir sistemik (systems thinking)

Merupakan sebuah upaya untuk memahami masalah ataupun keadaan dengan berpijak pada teori sistem. Di dalam pola berpikir sistemik, kita mendekati semua hal tersebut dari kaca mata keseluruhan, yakni dari kaca mata sistem. Dalam arti ini, sistem dapat dipahami sebagai kesalingterkaitan segala sesuatu yang membentuk keseluruhan. Seluruh dunia dapat dilihat sebagai sebuah sistem besar yang memiliki sistem-sistem kecil sebagai bagiannya.

Kesalingterkaitan

Ada dua hal dasar yang menjadi bagian dari setiap sistem, yakni tanggapan (feedback) dan penundaan (delay). Kaitan antara tanggapan dan penundaan itu menciptakan beragam perubahan di sekitar kita, mulai dari sistem politik, ekonomi sampai dengan sistem tubuh kita yang mempengaruhi kesehatan tubuh maupun batin kita.

Peter Senge, salah satu ahli pengembangan organisasi dari sudut pandang teori sistem, memahami pola berpikir sistemik sebagai upaya untuk melihat secara keseluruhan. Artinya, kita diajak untuk melihat kaitan dan hubungan dari berbagai hal (interconnectedness). Kita diajak pula untuk melihat pola yang berulang dari berbagai perubahan yang terjadi, dan tidak hanya terpaku pada potongan-potongan peristiwa belaka.

Sekitar 50 tahun belakangan ini, pola berpikir sistemik telah digunakan untuk memahami berbagai bidang kehidupan manusia, mulai dari politik, bisnis, tata kota sampai dengan cara kerja pikiran manusia. Pola berpikir sistemik menawarkan sudut pandang baru bagi kita untuk memahami keterkaitan-keterkaitan yang seringkali tak tampak langsung pada pandangan pertama. Kesalingterkaitan inilah yang sesungguhnya merupakan ciri dasar dari segala sesuatu yang ada di alam semesta ini. Tidak ada satu hal pun yang bisa ada tanpa kaitan dengan hal-hal lainnya.

Berhasil atau Gagal

Ada beberapa hal yang kiranya bisa kita pelajari dari pola berpikir sistemik. Yang pertama, sebuah sistem bisa dianggap gagal. Namun, sebenarnya ia berhasil, karena ia memiliki tujuan yang berbeda dari yang kita inginkan. Contoh klasik adalah soal pendidikan di Indonesia.

Banyak orang yang melakukan kritik terhadap paradigma maupun sistem pendidikan di Indonesia. Bagi mereka, pendidikan di Indonesia ketinggalan jaman, karena tidak mengajarkan kemampuan berpikir mendalam dan kritis.

Namun, sebaliknyalah yang terjadi. Sistem pendidikan di Indonesia justru sangat berhasil, karena memang tujuan utamanya bukanlah menciptakan manusia yang mampu berpikir mendalam dan kritis, melainkan tenaga kerja siap pakai untuk menduduki posisi-posisi rendah di berbagai perusahaan yang tidak perlu mampu berpikir mendalam dan kritis. Ini adalah warisan dari sistem pendidikan Belanda terhadap orang-orang pribumi di masa penjajahan dahulu. Ini sama sekali belum berubah sampai sekarang, karena, sejatinya, kita memang masih hidup dalam penjajahan asing, baik secara politik (Barat), agama (Timur Tengah), ekonomi maupun budaya.

Ini tentu saja bisa diubah. Kita hanya perlu mengubah seluruh paradigma dan sistem pendidikan yang sudah ada. Ini usaha yang tidak mudah, walaupun amat mungkin dilakukan. Kegagalan sebuah sistem ternyata adalah sebuah keberhasilan, karena kita gagal memahami tujuan sebenarnya dari sistem tersebut.

Masalah dalam Kesalingterkaitan

Di dalam hidup, kita kerap kali melihat masalah yang terus muncul, walaupun beragam cara telah dilakukan untuk menyelesaikannya. Ini terjadi, karena kita belum menggunakan pola berpikir sistemik. Artinya, kita belum sadar, bahwa sebuah masalah selalu terkait dengan banyak hal lainnya. Tidak ada masalah yang berdiri sendiri.

Misalnya persoalan kriminalitas. Banyak orang menjadi pelaku kriminal, karena ditekan oleh keadaan, misalnya kemiskinan. Padahal, mereka memiliki keluarga yang harus diberi makan dan penghidupan. Jalan keluar singkatnya adalah dengan memperbanyak jumlah polisi, supaya meningkatkan keamanan.

Ini jalan keluar yang salah kaprah. Kriminalitas terkait erat dengan kemiskinan. Kemiskinan terkait erat dengan salah kebijakan pemerintah di dalam melakukan pembagian kekayaan. Buktinya, ada beberapa orang yang amat sangat kaya, sementara beberapa orang lainnya harus menjadi pelaku kriminalitas, guna memenuhi kebutuhan dasar diri dan keluarganya.

Kesalahan kebijakan terkait dengan mutu para pembuat kebijakan yang rendah. Kemampuan berpikir mendalam dan kritis mereka amatlah kurang. Ini terkait dengan masalah pendidikan yang juga salah paradigma, dan lemah secara sistem. Masalah kriminalitas terkait erat dengan semua unsur-unsur tersebut.

Tanggapan dan Penundaan

Bagaimana semua unsur diatas saling terhubung, dan mendorong orang menjadi pelaku kriminalitas? Di dalam teori sistem, semua unsur terhubung dengan dua pola, yakni tanggapan dan penundaan. Kita bisa langsung secara jelas melihat, bahwa di dalam kasus kriminalitas di atas, hubungan yang berlaku adalah hubungan tanggapan.

Ketika para pembuat kebijakan bermental korup dan berpikiran dangkal memasuki ranah politik, maka kebijakan yang mereka buat pun akan lemah. Akibatnya, banyak hal menjadi kacau, termasuk kesenjangan sosial yang begitu besar antara si miskin dan si kaya. Kemiskinan yang akut memaksa orang memasuki dunia kriminalitas. Keadaan yang satu adalah tanggapan atas keadaan yang lain. Ada hubungan sebab akibat yang langsung bisa diurut.

Ini seperti sistem pendingin ruangan. Di dalam sistem ini, ketika suhu ruangan menurun sesuai yang diinginkan, maka mesin pendingin ruangan akan berhenti mengeluarkan freon. Namun, ketika suhu mulai menghangat, mesin pendingin akan secara otomatis menyala. Ini yang disebut tanggapan, atau feedback.

Namun, kita juga harus sadar, bahwa tanggapan tidak secara otomatis langsung terjadi. Ada momen tunda yang membuat tanggapan tidak langsung muncul. Ketika pengangguran meningkat, kriminalitas tidak otomatis meningkat. Ada hal lain yang mempengaruhi, misalnya kuatnya ikatan keluarga membuat orang bisa saling menopang satu sama lain, dan sebagainya.

Penundaan juga terlihat, ketika kita meminum obat. Dampaknya tidak langsung tampak, melainkan membutuhkan jangka waktu tertentu. Akan sangat berbahaya, jika orang panik, lalu menambah dosis obat lebih banyak, sehingga menimbulkan kemungkinan terciptanya penyakit baru. Momen tunda harus disadari dengan jelas, sehingga orang bisa mengambil sikap yang tepat di dalam menanggapinya.

Menyelesaikan Masalah

Jika kita mencoba menyelesaikan suatu masalah, tanpa menggunakan pola berpikir sistemik, maka kemungkinan besar, masalah tersebut tidak hanya akan berlanjut, tetapi juga membesar, dan menciptakan beragam masalah baru. Kita bisa menderet begitu banyak contoh dari pola ini. Seringkali, obat justru lebih buruk daripada penyakit yang hendak diobati. Ini semua terjadi, karena jalan keluar, atau obat, yang ditawarkan hanya menyentuh permukaan persoalan, serta mengabaikan akar dari persoalan tersebut.

Contoh nyata terkait dengan pendidikan anak. Seorang anak terkenal nakal di sekolah, karena ia hidup di dalam keluarga yang terus berkonflik. Si ibu meminta dan bahkan memarahi anaknya, supaya ia tidak nakal lagi. Alih-alih menjadi baik, si anak justru menjadi semakin nakal. Inilah contoh bagaimana jalan keluar yang dilakukan justru memperparah masalah.

Sistem berpikir tak mampu hilang dalam jati diri seseorang disebabkan sistem berpikir membawakan hidup menjadi sosok yang lebih tinggi dan dihargai. Tanpa tau sistem berpikir seseorang tak mampu menghasilkan dan menciptakan karyanya melalui hasil pikiran dan memiliki nilai yang sangat tinggi di kalangan masyarakat.

How useful was this post?

Click on a star to rate it!

Average rating 5 / 5. Vote count: 2

No votes so far! Be the first to rate this post.

As you found this post useful...

Follow us on social media!

We are sorry that this post was not useful for you!

Let us improve this post!

Tell us how we can improve this post?