Penelusuran Simbol Kebudayaan

0
(0)

Let’s Explore The Culture

Mari Sobat telusuri lebih lanjut mengenai kebudayaan melalui simbol-simbol budaya

explore More

Komunikasi Budaya

Kebudayaan adalah sebuah pola dari makna-makna yang tertuang dalam simbol-simbol yang diwariskan melalui sejarah. Kebudayaan adalah sebuah sistem dari konsep-konsep yang diwariskan dan diungkapkan dalam bentuk-bentuk simbolik melalui mana manusia berkomunikasi, mengekalkan, dan memerkembangkan pengetahuan tentang kebudayaan dan bersikap terhadap kehidupan ini.

Manusia, sebagai makhluk berbudaya, berkomunikasi dengan melontarkan dan memaknai simbol melalui jalinan interaksi sosial yang terjadi. Simbol dengan demikian merupakan sebuah petunjuk dalam memerluas cakrawala wawasan para masyarakat budaya. Proses komunikasi adalah proses pemaknaan terhadap simbol-simbol tersebut. Melalui pemaknaan inilah kemudian manusia mencari tahu dan berbagi mengenai realitas. Melalui pemaknaan ini pulalah manusia mengambil peranannya dalam kebudayaan.

Syam (2009: 42) mengungkapkan bahwa simbol mengungkapkan sesuatu yang sangat berguna untuk melakukan komunikasi. Berdasarkan apa yang disampaikan Syam tersebut, simbol dengan demikian memiliki peran penting dalam terjadinya komunikasi. Dalam kajian interaksionisme simbolik, simbol sendiri diciptakan dan dimanipulasi oleh individu-individu yang bersangkutan demi meraih pemahamannya, baik tentang diri maupun tentang masyarakat.

Pada dasarnya simbol dapat dimaknai baik dalam bentuk bahasa verbal maupun bentuk bahasa non verbal pada pemaknaannya dan wujud riil dari interaksi simbol ini terjadi dalam kegiatan komunikasi. Saat seorang komunikator memancarkan suatu isyarat (pesan), baik verbal maupun non verbal, komunikan berusaha memaknai stimuli tersebut.

Di sinilah terjadi sebuah proses sosial dimana kedua belah pihak berusaha untuk memberi andil terhadap proses komunikasi yang terjadi saat itu. Karena itu komunikasi sebenarnya tidak bisa dilihat sebagai sebuah proses sederhana untuk berinteraksi antar simbol melainkan lebih jauh lagi, komunikasi merupakan proses interaksi makna yang terkandung dalam simbol-simbol yang digunakan.
Dengan demikian, proses komunikasi dapat pula menjadi sarana yang digunakan untuk meperkenalkan sesuatu kepada pihak lain melalui lambang yang digunakannya untuk menyampaikan suatu pesan. Adapun perihal lambang atau simbol di sini menyangkut tentang simbol verbal yang disampaikan dengan menggunakan bahasa dan juga lambang yang diperlihatkan melalui kebendaan, warna, dan hal penunjang lainnya.

Simbol Budaya

Simbol biasa dianggap sebagai gambaran kelihatan dari realitas transenden (melampaui yang tampak). Untuk memudahkan memahami simbol, diperlukan pemisahan antara isyarat dan tanda. Isyarat merupakan kondisi atau suatu hal yang diberitahukan pemberi. Misalnya mahasiswa membuat isyarat telunjuk sebagai jawaban salah satu opsi pada soal yang disajikan. Tanda merupakan kondisi atau suatu hal yang memberitahukan/memahamkan kepada penerima. Misalnya, tanda telunjuk tersebut dipahami mahasiswa sebagai sebuah jawaban dari opsi tertentu yang dipahami secara konvensional.

Sebuah simbol atau kumpulan simbol-simbol bekerja dengan menghubungkan sebuah konsep, ide umum, pola, atau bentuk. Menurut Langer, konsep adalah makna yang disepakati bersama-sama di antara pelaku si komunikasi. Bersama, makna yang disetujui adalah makna denotasi, sebaliknya gambaran makna pribadi
adalah makna konotasi. Suatu tanda atau simbol merupakan suatu stimulus yang menandai kehadiran sesuatu yang lain. Dengan demikian suatu tanda berhubungan erat dengan maksud tindakan yang sebenarnya (Morissan, 2013: 89). Makna yang kita berikan pada sebuah simbol merupakan produk dari interaksi social dan menggambarkan
kesepakatan kita untuk menerapkan makna tertentu pada simbol tertentu. Contoh dengan sebuah cincin yang merupakan simbol ikatan resmi dan emosional, dan karenanya kebanyakan orang menghubungkan simbol ini dengan konotasi positif. Walaupun demikian beberapa orang melihat pernikahan sebagai sebuah institusi yang opresif. Orang-orang tersebut akan memberikan reaksi yang negatif terhadap cincin kawin dan segala simbol lainnya yang mereka anggap sebagai situasi yang merendahkan.

Tradisi

Tradisi merupakan suatu system yang menyeluruh, yang terdiri dari cara aspek dan pemberian arti terhadap laku ujaran, laku ritual dan berbagai jenis laku lainnya dari manusia atau sejumlah manusia yang melakukan tindakan satu dengan yang lain (Wasid, 2011: 30). Dengan demikian menyalahi suatu tradisi telah mengganggu keselaran serta merusak tatanan dan stabilitas baik dalam hubungan yang bersifat kecil maupun besar.

Ada beberapa kriteria dalam tradisi yang dapat dibagi dengan mempersempit cakupannya. Dalam pengertian yang lebih sempit inilah tradisi hanya berarti bagian-bagian warisan sosial khusus yang memenuhi syarat beberapa saja yakni yang masih tetap bertahan hidup di masa kini. Dilihat dari aspek benda materialnya yakni benda yang menunjukkan dan mengingatkan kaitan-kaitan secara khusus dengan kehidupan masa lalu. Bila dilihat dari aspek gagasan seperti keyakinan, kepercayaan, simbol-simbol, norma, nilai dan ideologi haruslah yang benar-benar mempengaruhi terhadap pikiran dan perilaku yang bisa melukiskan terhadap makna khusus masa lalunya

Simbol Tradisi Budaya Nusantara (KUJANG)

SejarahJenisFungsiInformasi LainKontributor

Kujang merupakan senjata unik yang berasal dari tanah pasundaan. Salah satu tempat pengrajin kujang yang ada di Bogor adalah Galeri Kujang yang terletak di Jl. Parung Banteng, Kel. Katulampa, Kec. Bogor Timur, Kota Bogor Timur.

Pemilik tempat ini yaitu Wahyu Affandi Suradinata atau Abah Wahyu Kujang yang mulai hobinya sejak tahun 1995. Namun pada tahun 2000, abah Wahyu ditegur oleh guru budayanya yaitu Anis Jatisunda.
“Kujang itu bukan barang sembarang, kita harus menghargai leluhur kita. Bahwasanya pemegang kujang itu bukan orang sembaranan yaitu orang-orang tertentu dikerajaan. Nah sekarang begini, jika ada orang yang menyenangi maa minta balasannya, apakah bahannya atau upah kerjanya.” Ujar Anis Jatisunda.
Mulailah pada tahun 2000 abah Wahyu melakukan hal tersebut. Semakin lama semakin banyak peminat dari kujang yang beliau buat. Lalu datang kembali guru budaya beliau dan berkata
“Sekarang banyak sekali hasil karya kamu oleh banyak orang, saya dengar informasinya. Sekarang bikin aturan, harga setiap kujang tergantung jumlah matanya. Untuk menghargai leluhur kita. Contohnya jika bahannya bahan baja dengan 4 mata maka orang tersebut harus membayar 440.000, jika matanya 5 maka orang tersebut harus membayar 550, begitu seterusnya. 10% dari mahar kujang tersebut akan ditaruh dalam keropak untuk orang-orang yang membutuhkan pertolongan”
Jadi setiap pemegang kujang sudah memberikan zakat sebanyak 10% untuk orang-orang yang kurang mampu.
Banyak pendapat tentang awal mula kata “Kujang” berasal. Namun, menurut pendapat abah Wahyu kata “kujang” berasal dari sejarah Sunda. Yaitu ada seorang raja yang bernama Rakean Mendang yang bergelar Prabu Hulu Kujang. Beliau berkuasa ditanah Sunda 766 – 781 M.

Kujang mempunyai beberapa macam, yaitu :

1. Kujang Ciung
Bentuk kepala kujang ini menyerupai ciung (burung beo) yang merupakan symbol terah raja dan terah pandita. Kuang ciung mempunyai jumlah mata yang beraneka ragam, mulai dari mata 3, 5, 7 dan 9.

2. Kujang Kuntul
Bentuk kepala ujung kujang ini harus dibuat seperti paruh dan kepala burung kuntul. Kujang kuntul mempunyai 4 mata. Kujung kuntul menyimbolkan para patih dan mantra, karena burung kuntul merupakan burung yang dapat menjelajah jauh dan pandain mencari mangsa. Jadi, kujang ini melambangkan pekerja keras.

3. Kujang Jago
Bentuk kepala kujang ini menyerupai ayam jago. Kujang jago menyimbolkan panglima perang dan komandan pasukan, sehingga para panglima perang dan komandan pasukan harus pandai berkelahi atau berperang.

4. Kujang Naga
Kujang naga mempunya bentuk seperti naga. Menyimbolkan orang kepercayaan raja dan kepala desa.

5. Kujang Badak
Nama kujang badak diambil dari badak bercula 1. Menyimbolkan tamtama (tentara) dan prajurit, karena tugas tamtama atau prajurit hanya 1 yaitu menembak atau memanah.

6. Kujang Bangkong
Merupakan symbol para guru. Karena bangkong tidak pernah mencari makan, seperti para guru yang tidak pernah mencari makan. Amkanan akan datang dengan sendirinya melalui orang-orang yang ingin berguru.

7. Kujang Wayang
Kujang ini belum bisa ditemukan artinya. Kujang wayang dapat ditemukan dimuseum atau kolektor. Kujang ini merupakan kujang khas dari Cirebon. Karena pada saat itu Sunan Kalijaga menyebarkan agama islam melalui wayang. Kujang wayang merupakan symbol penyebaran islam ditanah jawa.

Menurut abah Wahyu, kujang wayang bukan merupakan ciri khas seni budaya karena setiap museum dan kolektor terdapat kujang wayang. Banyak kujang yang tadinya ada 6 jenis bertambah menjadi 7 jenis (merupaan hasil diskusi dari 4. Pemerintah Jawa Barat pada tahun 2013)

Fungsi Kujang adalah sebagai berikut:

1. Kujang Sebagai Pusaka / Ageman (Pegangan)
Keistimewaannya kujang ditutup oleh logam mulia (emas / perak), dan dibuat sedimikian rupa lalu diberi mata magis. Harapannya menjaga dirinya, keluarganya, lingkungannya. Saat ada pengunjung yang ingin membuat kujang, abah Wahyu akan menanyakan nama lengkap, nama ayah, hari lahir, dan profesinya. Pamor yang digunakan akan melambangkan hari lahir pemilik kujang. Jenis kujang yang dibuat akan melambangkan profesinya.

2. Kujang Sebagai Pakaran (alat bela diri)
Orang zaman dahulu selain mempunyai kujang pusaka biasanya juga mempunyai kujang pakaran. Kujang ini berfungsi sebagai pakaran (alat bela diri). Keistimewaan kujang pakaran adalah terdapat racun yang pada bagian bilahnya. Hal ini bertujuan untuk melumpuhkan musuh.

3. Kujang Sebagai Pangarak
Kujang ini mempunyai batang panjang sekitar 120 – 150cm, dengan ujung kujang naga atau kujang jago. Kujang ini biasanya digunakan untuk pengarak atau pawai upacara adat, uapacara keagamaan danupacara kenegaraan.

4. Kujang Sebagai Pamangkas
Kujang ini biasanya digunakan sebagai alat pemangkas semak belukar untuk membuat lahan pertanian.

Kujang tentunya berbeda dengan kris. Dengan mudah kita akan menemukan kris berusia puluhan bahkan ratusan tahun, namun tidak dengan kujang. Hal ini dikarenakan runtuhnya kerajaan Padjajaran pada abad ke – 16, menyebabkan berakhirnya masa raja-raja. Jadi pekerjaan para guru teupa (pembuat / pengrajin khusus kujang) pun berakhir. Kujang bukan ageman / pegangan rakyat biasa. Kujang hanya dibuat untuk pejabat kerajaan dan pejabat kabupaten.

Sebenarnya dalam pembuatan kujang tidak membutuhkan watu yang lama. Pembuatan kujang bisa diselesaikan dalam kurun waktu 3 hari. Namun, ada aturan adat yang tidak bisa dilanggar. Seperti saat abah Wahyu membuat kujang ageman, beliau harus dalam keadaan tidak makan dan tidak minum. Misalnya saat hari senin abah membuat kujang untuk pukulan pertama dan kedua dalam keadaan tida makan dan minum, lalu disimpan.

Pada hari kamis abah akan melanjutkan membuat kujang dengan keadaan tidak makan dan minum kembali. Dan akan berlanjut lagi hingga finishing. Jika untuk aksesoris seperti pin, dalam 1 hari abah bisa membuat 50 buah kujang tergantung ukuran dan jumlah pesanan.

Kujang yang terdapat pada tugu kujang atau ikon kota Bogor adalah kujang kuntul. Namun seharusnya kujang yang digunaan adalah kujang ciung bermata 9 (kujang raja), karena Bogor merupaan pusat kerajaan Sunda (Pakuan) yang berdiri pada tahun 1966 setelah Turumanegara. Lalu pada tahun 1982 berdirilah kerajaan Padjajaran. Mengapa bisa salah menggunakan jenis kujang? Hal ini dikarenakan walikota Bogor kurang paham tentang macam-macam kujang.

Windy Apriliani, Universitas Djuanda

How useful was this post?

Click on a star to rate it!

Average rating 0 / 5. Vote count: 0

No votes so far! Be the first to rate this post.

As you found this post useful...

Follow us on social media!

We are sorry that this post was not useful for you!

Let us improve this post!

Tell us how we can improve this post?