Pendekatan Filosofis Untuk Konseling

  • Post author:
  • Post category:Filsafat
  • Post last modified:October 8, 2021
  • Reading time:11 mins read
5
(22)

Ditulis oleh Alinda Oktaviani, Pendidikan Bahasa Arab Universitas Djuanda

PENDAHULUAN

Pendekatan konseling ini muncul seiring dengan perkembangan kehidupan yang semakin kompleks, sibuk da terus berubah. Hal tersebut dikarenakan membuat masalah, khususnya dalam dunia filosofis. Konselor dalam menangani suatu masalah, tidak dapat terlepas dari pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam proses konseling. Tanpa disukung oleh penguasaan pendekatan konseling yan memadai, bantuan yang diberikan konselor kepada konseli tidak akan berjalan efektif. 

Kelahiran dan perkembangan suatu pendekatan mempunyai kaitan dengan dasar pribadi,sosiologis, dan filosofis. Suatu pendekatan mencerminkan kepribadian penyusunanya, sebagai suatuhasil proses waktu, kondisi kekuatan social dan budaya, serta filsafat yang dianut penyusunannya. Sekurang-kurangnya ada lima kriteria pendekatan yang baik, yaitu : (1) jelas, artinya dapat dipahamidan tidak mengandung pertentangan di dalamnya, (2) komprehensif, yaitu dapat menjelaskanfenomena secara menyeluruh, (3) eksplisit, artinya setiap penjelasan didukung oleh bukti-bukti yangdapat diuji, (4) parsimonius, artinya menjelaskan data secara sederhana dan jelas, dan (5) dapatmenurunkan penelitisn yang bermanfaat.

PEMBAHASAN

Pengertian Pendekatan ,Filosofis, Dan Konseling

  1. Pengertian  Pendekatan

pengertian pendekatan menurut istilah bahasa (Kamus Besar Bahasa Indonesia 2002) adalah (1) proses, perbuatan, cara mendekati; (2) usaha dalam rangka aktivitas penelitian untuk mengadakan hubungan dengan yang diteliti. (3) pendekatan adalah proses perbuatan, cara mendekati, usaha dalam rangka aktivitas penelitian untuk mengadakan hubungan dengan orang yang diteliti, metode-metode untuk mencapai pengertian tentang masalah penelitian. Secara terminologi, mulyanto sumardi menyatakan bahwa pendekatan bersifat aksiomatis ( dapat dianggap). Sedang pendapat yang lain mengatakan adalah suatu sikap imiah (persepsi) dari seseoang untuk menemukan kebenaran ilmiah. Dari bebrapa pengertian diatas arti pendekatan masih terus diperdebatkan sehingga melahirkan kelompok besar. Kelompok pertama berpendapat nahwa arti pendekatan mempunyai dua makna yaitudipandang atau dihampiri dengan dan cara enghampiri atau memandang fenomena (budaya dan sosial). Jika dipandang atau dihampiri pendekatan berarti paradigma sedang cara menghampiri atau memandag, pendekatan berarti perspektif atatu sudut pandang. Sedangkan kelompok kedua berpendapat bahwa pendekatan berarti disiplin ilmu. Maka Ketika disebut studi islam dengan pendekatan sama artinya mengkaji islam dengan menggunaakan disiplin ilmu. Dan pendekatan itu adalah cara atau sudut pandang atau pardigma yang terdapay dalam suatu bidang iilmu untuk menemukan suatu kebenaran didalamnya secara ilmiah.

  1. Pengertian Filosofis

Filosofis Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pengetahuan dan penyelidikan dengan menggunakan akl budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab adanya sesuatu, asal adanya sesuatu, dan hukumnya. Dan dalam filosofi juga kita akan memperdalam segala sesuatu dengan logika, akal dan rasa. Secara etimologis, kata filsafat atau falsafah berasal dari Bahasa Yunani, yakni dari kata philo yang berarti cinta, suka dan senang, serta kata Sophia yang berarti pengetahuan dan kebijakan. Dengan demikian, philosophia berarti cinta, sennag atau suka kepada pengetahuan, hikmah, dan kebijaksanaan. Selain itu, filsafat dapat pula berarti mencari hakikat sesuatu, berusaha menautkan sebab dan akibat serta berusaha memnafsirkan pengalaman-pengalaman manusia. Menurut pendapat Sidi Gazalba, filsafat adalah berfikir sevcara mendalam, sistematik, radikal dan universal dalam rangka mencari keebenaran, inti, hkmah atau hakikat mengenai segala sesuatu yang ada. 

  1. Pengertian Koseling

Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seseorang yang disebut konselor/ pembimbing kepada individu yang mengalami suatu masalah. sebuah kegiatan yang dilakukan oleh para ahli yakni yang memberika bantuan kepada setiap  individu yang memiliki keluhan ataupun masalah. Dan pengertian konseling secara etimologis berasal dari Bahasa latin yaitu “consilium” yang berarti dengan atau Bersama yang dirangkai dengna menerima atau memahami. Sedangkan dalam bahsa anglo-saxon, istilah konseling berasal dari “sellan” yang berarti “menyerah” atau “menyampaikan” wagito dalam aqib {2012: 29 }mengemukakan bahwa konseling adalah bantuan yang diberikan kepada indidu dengan memecahkan masalah kehidupannya dengan wawancara, dengan cara-cara yang sesuai dengan keadaan individu yang dihadapi untuk mencapai kesehjateraan hidupnya. Dan kegiatan ini juga dilakukan oleh seorang ahli pada bidang konseling dan dengan cara tatp muka, baik secara individu ataupun kelompok. 

HASIL  PEMBAHASAN

Perkembangan paradigma konseling, salah satunya adalah membentangkan konsep yang menekankan keaktifan klien dan memberdayakan “kekuatan” budaya klien dalam proses konseling.Asumsi terapetiknya, dalam proses yang demikian klien lebih cepat memperoleh kemajuan karenamereka lebih berani menghilangkan pertahanan dirinya dan lebih berani membuka diri, bahkanmulai berani menanyakan keberadaan dirinya. Dalam dinamika relasi yang demikian, seni dalam wawancara konseling akan sangat membantu klien. Klien akan merasakan bahwa “counseling is fun”, sehingga dalam menjalani relasi konseling klien secara leluasa dapat mengekspresikan perasaan, pikiran, dan berbagai dinamika psikis yang berhubungan dengan masalah yang dihadapinya.  Dan Dalam dunia Pendidikan, bimbingan sangat diperlukan bagi para murid atau siswa yang membutuhkan, karna pasti setiap siswa membutuhkan bimbingan dan bantuan dalam menyelesaikan segala urusan dan masalahnya, dan dengan cara filosofis itu jugalah setiap para konseling diberikan dengan cara penuh cinta dan rasa kasih sayang agar dia merasa aman. Dan dalam melakukan pendekatan atuapun cara mendekati para konselor setiap konseli harus melakukan dengan penuh dengan rasa kasihsayng dan rasa aman agar mampu menerapkan pendekatan filosofi untuk konseling. Dan berbagai cara dapat dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah ataupun urusan yang timbul dalam dunia perkonselingan ataupun dunia Pendidikan. Salah satu diantarnya adalah dengan mencari dan memberikan solusi kepada siswa ataupun konseling itu sendiri. Permasalahan-permasalahan dalam tiap anak dan tiap konseling pasti berbeda-beda, oleh karena itu, dibutuhkan solusi yang berbeda pula. Sehingga mampu mendapatkan pendekatan tentang konseling yang berbeda pula. Dan praktik konseling ini juga tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang karna nantinya dia tidak dapat menumbuhka rasa filosof dalam dirinya dan untuk para konselingnya. Dan para konselor itu harus memberikan solusi pada setiap masalah-masalah yang dapat membantu para konselor ataupun orang-orang dalam dunianya.        Suatu pendekatan mempunyai fungsi umum sebagai berikut, pertama, meringkaskan dengan menggeneralisasikan suatu kesatuan informasi, kedua membantu dalam pemahaman dan dan penjelasan suatu fenomena yang komleks, ketiga sebagai predictor bagi suatu yang mungkin terjadi pada suatu kondisi tertentu, dan keempat, mendorong penelitian dan pengumpulan data lebih lanjut. Bagi konselor, pendekatan dapat dijadikan acuan dalam menyelenggaraan konseling. Konselor hendaknya mampu meringkas dan menggeneralisasikan data klien sebagai dasar dalam menetapkan diagnosis dan memberikan intervensi. Pemahaman terhadap klien merupakan dasar utamadalam proses konseling. Hal ini merupakan penerapan dari fungsi kedua suatu      pendekatan konseling. Selanjutnya dalam kaitannya dengan fungsi ketiga, konselor hendaknya mampu membuat prediksi tentang tindakan yang akan dilakukan bersama klien. Juga memprediksi kemungkinan-kemungkinanhasil yang akan dicaai oleh kkoien berdasarkan data dan perlakuan konseling yang dilaksanakan. Para Konselor atau Guru Pembimbing di sekolah, diproyeksikan agar sekurang-kurangnya mampu menyelenggarakan konseling yang keprofesionalannya berada pada tingkat eklektik, yaitu penyelenggaraan konseling yang ditopang oleh pemahaman yang mendalam tentang berbagai pendekatan konseling dengan berbagai teknologinya, dan   kemampuan konselor untuk memilih dan menerapkan sebagian atau satu kesatuan pendekatan yang satu ataun yang lainnya beserta teknologinya sesuai dengan permasalahan klien. Implikasi dari gatra ini adalah, pemahaman yang mendasar dan komprehensif tentang pendekatan-pendekatan konsling menjadi prasyarat dasar agar para Konselor atau Guru Pembimbing di sekolah mampu menyelenggarakan konseling eklektik.

Dan dengan adanya Konseling mempunyai bebagai tujuan yang penting. Tujuan yang mendasar adalah membantu klien agar berani mengahadapi berbagai macam tantangan maupun kenyataan yang harus dihadapi. Tujuan ini mengandung makna bahwa klien haruslah dapat berubah dari ketergantungan terhadap lingkungan menjadi percaya pada diri sendiri Menurut Perls tujuan konseling adalah membuat klien untuk tidak bergantung kepada orang lain, tetapi membuat klien agar bisa menemukan (terutama pada saat-saat permulaan) bahwa ia dapat berbuat banyak bahkan sebenarnya banyak sekali yang dipikirkan dan dilakuannya. Perls juga beranggapan bahwa umumnya manusia belum memanfaatkan potensinya secara penuh, melainkan baru memanfaatkan sebagaian dari potensinya yang dimilikinya. Oleh karena potensi yang baru dimanfaatkan sebagian ini perlu diarahkan agar setahap-demi setahap potensi-potensi tersebut berkembang dan dapat dimanfaatkan secara utuh. Sehubungan dengan pandangan ini Maslow juga berpendapat bahwa pada umumnya kehidupan manusia seperti sudah terpola dan stereotype. Hal ini tercermin pada tingkah laku individu dalam memerankan dirinya sendiri yang begitu-begitu saja, kurang adanya variasi 21dalam berperan yang sesuai dengan tuntutan dan tantangan dalam masyarakat. Secara terus-menerus individu cenderung menggunakan model-model dan cara-cara yang sama dalam memerankan dirinya. Padahal seandainya individu itu mau mencari akan dapat ditemukan berbagai alternatif cara untuk memerankan dirinya. Bila individu telah menemukan dan mau memanfaatkan bagaimana menjaga dan melalukan usaha-usaha pencegahan terhadap kenyataan yang tidak mengenakan dengan keseluruhan potensinya, maka di samping individu akan mampu mengembangkan berbagai macam cara, juga dapat memperkaya kehidupannya. Dalam pandangan konseling keseluruhan potensi ini merupakan dasar dari sikap dan tingkah laku manusia yang saat dapat menimbulkan atau membuat perasaan nyaman dan sehat. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa tujuan konseling adalah membantu klien agar mampu menghayati dan mengembangkan kehidupan secara lebih luas, lebih lengkap atau menyeluruh.

PENUTUP

Pendekatan filosofis untuk konseling adalah proses perbuatan ataupun cara mendekati dengan bimbingan atau bantuan yang diberikan kepada individu dalam memecakan masalahnya dengan cinta, suka dan dengan penuh rasa senang. Suatu pendekatan mempunyai fungsi umum sebagai berikut, pertama, meringkaskan dengan menggeneralisasikan suatu kesatuan informasi, kedua membantu dalam pemahaman dan dan penjelasan suatu fenomena yang komleks, ketiga sebagai predictor bagi suatu yang mungkin terjadi pada suatu kondisi tertentu, dan keempat, mendorong penelitian dan pengumpulan data lebih lanjut.

DAFTAR PUSTAKA

  1. Zakiah Darajat, Perbandingan Agama, , Jakarta: Bumi Aksa, 1996
  2.  Armai Arief, Pengantar Ilmu Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Pers, 2002
  3. Abdullah, M. Yatimin, Studi Islam Kontemporer, Jakarta: Amzah, 2006
  4. Adeng Muchtar Ghazali, Ilmu Perbandingan Agama,  Bandung:  Pustaka Setia, 1984
  5. Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, Jakarta: Rajawali Pers
  6. Rosihon Anwar , dkk, Pengantar Studi Islam, Bandung:  Pustaka Setia, 2009
  7. Ahmad Taufik, dkk, Metodologi Studi Islam, Jawa Timur: Bayumedia, 2004
  8. Muhaimin, dkk, Kawasan dan Wawasan Studi Islam, Jakarta: Kencana, 2005
  9. Chaplin, J.P. 2002. Kamus Lengkap Psikologi, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
  10. Capuzzi, D., & Gross, D.R. 2003.
  11. Counseling and Psychotherapy: Theories and Interventions (3rd edition).
  12.  New Jersey: Merrill Prentice HallCorey, G. 2015.
  13. Theory and Practice Counseling and Psychotherapy
  14. . Belmont:Brooks/Cole-Thomson Learning.Flanagan, J.S., & Flanagan, R.S. 2004.
  15. Counseling and Psychotherapy Theories inContext and Practice: Skills, Strategies and Techniques
  16. . New Jersey: John Wiley& Sons, Inc.Sharf, R.S. 2004.
  17. Theories of Psychotherapy and Counseling: Concepts and Cases
  18. .Singapore: Brooks/Cole-Thomson Learning.Prochaska, J.O., & Norcross, J.C. 2007.
  19. System of Psychotherapy: A Transtheoritical Analysis (6 th ed). CA: Brooks/Cole

How useful was this post?

Click on a star to rate it!

Average rating 5 / 5. Vote count: 22

No votes so far! Be the first to rate this post.

As you found this post useful...

Follow us on social media!

We are sorry that this post was not useful for you!

Let us improve this post!

Tell us how we can improve this post?