Minat Siswa Dalam Pembelajaran Bahasa Arab
Bahasa Arab merupakan bahasa kitab suci Al-Qur’an dan tuntunan agama umat islam sedunia, selain itu menurut pandangan umat islam bahasa Arab merupakan bahasa yang digunakan di surga, oleh karena itu sangat masuk akal jika dimana ada kaum muslimin maka disitu dipelajari bahasa Arab, dengan media bahasa Arab umat muslim memahami ajaran islam secara benar. Idealnya, setiap siswa yang belajar bahasa Arab harus memiliki minat atau keinginan dan kemauan yang kuat untuk sepenuhnya mencapai tujuan pembelajaran. Belajar bukanlah konsekuensi otomatis dari pemberian informasi kepada siswa tepi ini adalah kegiatan, fase pembelajaran, yang ditujukan untuk melibatkan siswa, mendukung proses pembelajaran dan merangsang minat untuk terlibat di dalamnya.
Minat merupakan salah satu faktor belajar internal siswa, pada dasarnya sangat mendasar bagi manusia karena minat merupakan modal yang sangat mendasar untuk melakukan suatu kegiatan. Seseorang berhasil dalam aktivitasnya bila aktivitas tersebut disertai dengan minat yang besar, karena minat itu sendiri merupakan gejala psikologis yang selalu berkaitan erat dengan sikap dan perilaku terhadap objek. Dengan kata lain, minat merupakan salah satu faktor yang membuat orang berhasil atau gagal.
Siswa dipandang sebagai seseorang dengan fitrah yang dimiliki, sebagai individu dengan segala potensinya, dan sebagai makhluk sosial yang hidup dalam konteks realitas pluralistik, serta mempunyai akal untuk berpikir terhadap persoalan yang dihadapi di lingkungan. Dengan demikian, setiap siswa pada dasarnya berbeda dalam hal minat, kemampuan, preferensi, pengalaman, pola pikir dan gaya belajar. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran, organisasi pembelajaran, materi pembelajaran, waktu pembelajaran dan lingkungan pembelajaran, serta metode penilaian harus disesuaikan dengan karakteristik siswa, hal tersebut bertujuan agar seluruh siswa mampu memahami pembelajaran bahasa Arab dengan kemampuannya masing-masing. Kegiatan belajar mengajar (KBM) harus memposisikan siswa sebagai objek pembelajaran dan mendorong siswa untuk mengembangkan seluruh kemampuan dan potensinya secara optimal termasuk dalam hal minat pembelajaran bahasa Arab.
Bagi siswa yang memandang bahasa Arab sebagai realitas yang baku dan kaku, minat dalam pembelajaran bahasa Arab cenderung rendah. Namun, bagi siswa yang memandang Bahasa Arab sebagai realitas yang dinamis dan menarik, minat dalam pembelajaran Bahasa Arab mungkin lebih tinggi. Bahasa Arab dapat diperoleh melalui metode pembelajaran yang menyenangkan dan interaktif, banyak cara yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan minat siswa dalam memproleh kemampuan belajar bahasa Arab, seperti melalui media sosial atau media Youtube, dan menggunakan media pembelajaran interaktif, dengan begitu siswa lebih tertarik untuk belajar bahasa Arab. Selain itu bisa digunakan juga metode fun learning yaitu bermain sambil belajar, artinya pembelajaran bahasa Arab dikemas menjadi sebuah pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. Metode ini dapat melibatkan media atau alat bantu, seperti kartu bergambar, video, permainan, dan sebagainya. Metode ini memungkinkan siswa aktif dan antusias dalam pembelajaran bahasa Arab.
Siswa yang memandang bahwa bahasa Arab hanya dapat diperoleh melalui metode pembelajaran yang kaku dan membosankan, mungkin cenderung kehilangan minat dalam pembelajaran bahasa Arab. Jika minat itu tidak ada saat kegiatan pembelajaran bahasa Arab berlangsung maka seringkali siswa akan mengabaikannya. Siswa menganggap pelajaran bahasa Arab itu sangat membosankan dan tidak menarik sama sekali. Selain dianggap bosan dan tidak menarik, pelajaran bahasa Arab juga dianggap sangat sulit untuk dipelajari dibanding dengan pelajaran-pelajaran yang lain.
Dalam konteks minat siswa dalam pembelajaran bahasa Arab, aksiologi dapat diartikan sebagai pandangan tentang nilai-nilai yang ingin diaplikasikan dalam pembelajaran bahasa Arab. Siswa yang memiliki nilai-nilai keagamaan atau kebudayaan yang kuat mungkin lebih tertarik untuk mempelajari bahasa Arab, karena bahasa Arab sangat terkait dengan nilai-nilai tersebut. Namun, siswa yang memiliki nilai-nilai yang berbeda mungkin kurang tertarik untuk mempelajari bahasa Arab. Seperti contohnya dengan mempelajari bahasa Arab akan memudahkan dalam memahami Al-Qur’an, tidak hanya sekedar membaca atau menulis saja, namun siswa dapat mengetahui arti dari setiap ayat Al-Qur’an yang diajarkan.
Dalam membantu meningkatkan minat siswa dalam pembelajaran bahasa Arab, guru dapat memperhatikan pandangan ontologis, epistemologis, dan aksiologis siswa. Dengan memahami pandangan siswa terhadap bahasa Arab sebagai objek pembelajaran, metode pembelajaran yang lebih disukai siswa, dan nilai-nilai yang ingin diterapkan siswa dalam pembelajaran bahasa Arab, guru dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang lebih menarik dan relevan bagi siswa dalam pembelajaran bahasa Arab