Memahami Akal dan Penalaran Manusia

  • Post author:
  • Post category:Filsafat
  • Post last modified:October 8, 2021
  • Reading time:11 mins read
5
(1)

Ditulis oleh Uswah Mujahadatun Nisa, Pendidikan Bahasa Arab Universitas Djuanda

Hakikat Manusia

Sejak kehadiran dan terciptanya manusia di muka bumi, manusia adalah makhluk dominan di muka bumi ini. Manusia adalah makhluk hidup yang sempurna, itulah ungkapan yang sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari kita. Manusia sebagai ciptaan Tuhan yang paling sempurna memang memiliki banyak kelebihan dibanding makhluk lainnya. Sebagai ciptaan-Nya yang sempurna manusia dibekali akal dan pikiran untuk bisa dikembangkan berbeda dengan hewan yang juga memiliki akal dan pengetahuan tapi hanya sebatas untuk mempertahankan dirinya. (1)

Lima ratus tahun yang lalu, orang hanya bisa hidup sampai dengan usia 30 atau 40 tahun. Namun kini, di usia yang ke 65, orang masih tetap bisa hidup dengan sehat. Bentuk kehidupan sosial manusia pun kini makin kompleks, misalnya dengan keberadaan internet dan jaringan sosial yang mengubah seluruh makna hubungan antar manusia. Patah hati dan revolusi politik kini bisa dipicu hanya dengan satu ketikan di jaringan sosial internet. Buah karyanya telah mengubah wajah dunia. Ini semua menjadi mungkin, karena manusia mampu bekerja sama dengan berpijak pada prinsip-prinsip yang rasional. Kerja sama yang erat ini tidak hanya membuat mereka kuat, tetapi juga berkembang melampaui batas-batas fisik mereka sendiri.
Saat manusia di takdirkan hadir di muka bumi, manusia sudah menggunakan akal fikirannya untuk melakukan dan menyelesaikan suatu masalah. Walaupun pada saat kehadirannya pertama kali di muka bumi, jalan fikiran manusia belum serevolusioner seperti sekarang.

Faktor Perkembangan Akal Manusia

Perkembangan akal pikiran manusia juga sangat dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal antara lain genetik yaitu anak yang secara genetik pandai tetapi tumbuh di lingkungan yang tidak kondusif maka karakter anak akan terpengaruh perkembangan jiwanya, sehingga anak tidak akan tumbuh menjadi pribadi yang luar biasa. Sebagai contohya apabila orang tua anak mengalami gangguan mental kemungkinan sang anak juga akan mengalami hal yang sama, walaupun anak itu tumbuh pada lingkungan yang kondusif anak tidak akan bisa menjadi pribadi yang baik.(2)

Faktor eksternal dalam hal ini lingkungan keluarga dan lingkungan sekolahnya. Sebagai contohnya di lingkungan keluarga adalah didikan dari orang tua atau lingkup keluarga sangat penting untuk perkembangan pemikiran anak tersebut. Sedangkan contoh di lingkungan sekolah adalah cara bergaul anak tersebut dan bagaimana keadaan lingkungan di sekitarnya.

Dampak perkembangan pemikiran manusia terhadap kemajuan teknologi mmebuat berkembangnya cara berpikir manusia yang notabenya manusia disebut sebagai makhluk yang unik, Fakta ilmiah mengemukakan kekuatan otak dan pikiran yang dimiliki manusia terdapat 30 miliar neuron atau syaraf otak di dalam otak manusia dan juga memiliki kapasitas 30-70 triliun giga melebihi memory super computer di dunia yang bekerja dengan dahsyat melebihi kemampuan super computer apapun di dunia ini. (3) Neuron inilah yang bekerja dengan dahsyat menciptakan keajaiban dalam hidup manusia dan membantu perkembangan akal pikiran manusia.

Pengaruh Perkembangan Pemikiran Manusia

Selain itu, Perkembangan pemikiran manusia dipengaruhi oleh keinginan manusia itu sendiri untuk lebih maju dan berpikir kreatif karena pemikiran manusia selalu berkembang dan selalu ingin menciptakan hal atau inovasi baru. Pemikiran manusia bersifat berkesinambungan timbulnya atau munculnya ide atau pemikiran yang baru merupakan hasil dari pemikiran yang lama sehingga tercipta ilmu yang baru.

Setiap bentuk konsep yang ada dan berkembang pada saat ini adalah hasil dari pikiran manusia. Dengan konsep itu, manusia mampu menanggapi berbagai keadaan di luar dirinya. Dalam hal ini, emosi dan perasaan juga merupakan hasil dari konsep yang berakar pada pikiran manusia. Terdapat ciri dan pikiran mendasar yang dimiliki manusia, yakni tidak nyata, sementara dan rapuh (4).

Pikiran itu bukanlah kenyataan. Ia adalah tanggapan atas kenyataan. Manusia sering mengabaikan atau bahkan melupakan logika dalam berfikir dan membuat aturan. Kebanyakan orang-orang tersebut menganggap remeh tentang logika dan berfikir seenaknya saja, mereka mengiginkan suatu hal yang mudah dan praktis. Sehingga yang terjadi adalah kejanggalan-kejanggalan dalam komunitas mesyarakat banyak. Perlu disadari bahwa sesuatu yang logis biasanya akan mudah dipahami oleh nalar kita tetapi sesuatu yang tidak logis kadang bertentangan dengan pikiran dan hati kita. Penalaran adalah suatu proses berpikir yang berusaha menghubungkan fakta-fakta dan bukti-bukti untuk menarik kesimpulan. Sehingga dapat diketahui bahwa unsur dasar penalaran adalah fakta. (5)(Gorys Keraf, 1985)

Suatu pemikiran bisa disebut ilmiah apabila terdapat fakta di dalamnya. Dalam banyak hal kita sering mengalami berbagai kejadian yang kita pikir tidak logis misalnya seperti seseorang koruptor yang memakai uang bantuan sosial untuk warga yang terkena dampak covid 19 tetapi tidak terlalu di tanggapi oleh hukum di indonesia beda halnya dengan kasus sepele seperti seorang anak yang saling ejek saat bermain petasan dan dijatuhkan hukum 5 tahun di penjara.

Pikiran dibangun di atas abstraksi konseptual atas kenyataan. Pikiran juga sementara. Ia datang, ia pergi, dan ia berubah. Cuaca berubah, maka pikiran juga berubah. Ketika lapar, pikiran melemah. Dan sebaliknya, ketika perut kenyang, pikiran bekerja lebih maksimal. Ini menegaskan ciri selanjutnya, bahwa pikiran itu rapuh. Apa yang kita pikirkan sama sekali belum tentu benar. Bahkan, keyakinan kita atas pikiran kita cenderung mengarahkan kita pada kesalahan dan penderitaan, baik penderitaan diri sendiri maupun orang lain. Pikiran kita begitu amat mudah berubah, dan ini jelas menandakan kerapuhan dari semua bentuk pikiran kita. (4)

Namun, sayangnya, banyak orang mengira, bahwa pikiran mereka adalah kenyataan. Maka dari itu, penulis mengambil judul tentang memahami akal pikiran manusia dan penalaran agar pembaca dapat memahami dengan jelas terkait pemahaman akal pikiran manusia dan penalaran.

Banyak orang mengira, bahwa pikiran mereka adalah kenyataan

Ekspresi dan Represi serta Kebebasan Sejati

Mereka mengira, bahwa pikiran mereka adalah kebenaran. Emosi dan segala bentuk perasaan, yang merupakan buah dari pikiran, juga dianggap sebagai realita. Mereka mengalami kesulitan untuk menjaga jarak dari pikiran mereka sendiri. Pada titik ini, biasanya orang melihat dua kemungkinan, yakni ekspresi dan represi. Ekspresi berarti mengeluarkan semua bentuk pikiran tersebut dalam bentuk tindakan ataupun kata-kata. Biasanya, orang lain menjadi obyek dari tindakan ini. Beberapa diantaranya merasa terhina, sehingga membalas, dan membentuk semacam lingkaran kekerasan yang lebih besar.

Sedangkan Represi menekan dan menelan semua emosi dan pikiran yang muncul. Pada pikiran dan emosi yang ekstrem, ini menciptakan rasa sakit yang luar biasa. Dalam jangka panjang, ini bisa menciptakan penyakit fisik yang berbahaya, seperti misalnya kanker atau sakit jantung. Represi emosi dan pikiran jelas bukan merupakan jalan yang tepat.

Ekspresi menciptakan masalah social, Represi menciptakan masalah personal. Banyak orang terjebak di antara keduanya. Mereka tidak dapat keluar dari pikiran dan emosi yang mereka anggap nyata. Namun, ada jalan keluar dari kebuntuan ini, yakni observasi. Observasi berarti tindak mengamati apa yang terjadi di dalam pikiran kita secara seksama. Kita mengamati muncul dan bergantinya pikiran dari satu obyek ke obyek lainnya. Kita bisa melihat, bagaimana emosi, perasaan dan pikiran terbentuk, dan kemudian berlalu. Dengan cara ini, kita menciptakan jarak dengan segala hal yang muncul di kepala kita. Kita tidak lagi percaya, bahwa itu semua adalah kebenaran. Hasilnya, semua emosi, pikiran dan perasaan tidak akan mempengaruhi kita. Kita mengalami kebebasan yang sesungguhnya.

Akal pikiran manusia berasal dari pengamatan. Kita melihat dan mengamati sesuatu, lalu timbul kesan tertentu tentang sesuatu itu. Bisa dibilang, dari pengamatan lalu muncul pikiran, kemudian kesan. Namun, pengamatan pun selalu membutuhkan pikiran. Jika disederhanakan, urutannya begini. Pengamatan dengan indera dan pikiran, lalu melahirkan kesan. Kesan lalu melahirkan pendapat, dan pendapat lalu mendorong tindakan. Tindakan lalu membentuk realitas, dan akhirnya, realitas itu diamati lagi dengan indera dan pikiran. Begitu seterusnya. Dari sini bisa disimpulkan, bahwa realitas adalah hasil dari bentukan pikiran kita. Karena pikiran kita berubah seturut dengan pengamatan dan kesan, maka realitas hidup kita pun berubah. Hari ini, kita bahagia. Besok, mungkin ada masalah yang datang. Pikiran kita begitu mudah berubah, karena berbagai hal, mulai dari kondisi biologis sampai sosial politik. Oleh karena itu, kita bisa membuat kesimpulan, bahwa pikiran kita bukanlah kebenaran itu sendiri. Ia bisa salah, dan bahkan seringkali salah. Realitas hasil ciptaan pikiran kita pun bukanlah realitas sesungguhnya(4)

Jika pikiran mudah berubah dan bukan suatu kenyataan, bagaimana manusia mampu hidup? Bagaimana manusia mampu berpikir untuk menyikapi suatu hal dan menyelesaikan masalah? Menurut saya, kita sebagai manusia tidak harus selalu percaya pada pikiran. Jika dilihat dari tulisan yang saya tulis serta pengetahuan tentang akal manusia dan penalaran yang saya baca pikiran itu bersifat rapuh. Apa yang kita pikirkan sama sekali belum tentu benar. Bahkan, keyakinan kita atas pikiran kita cenderung mengarahkan kita pada kesalahan dan penderitaan, baik penderitaan diri sendiri maupun orang lain.

Pikiran kita begitu amat mudah berubah, dan ini jelas menandakan kerapuhan dari semua bentuk pikiran kita. Maka dari itu, Kunci untuk mencegah hal ini adalah dengan memahami hakekat dan gerak pikiran manusia. Setiap bentuk konsep adalah hasil dari pikiran manusia. Dengan konsep itu, manusia mampu menanggapi berbagai keadaan di luar dirinya. Dalam hal ini, emosi dan perasaan juga merupakan hasil dari konsep yang akar pada pikiran manusia. Jadi,gunakan pikiran dengan seperlunya. Manusia yang terbebas dari pikiran sendiri berarti ia tidak diperbudak oleh suara yang ada pada kepalanya dan mampu berpikir jernih dalam menyikapi hal-hal di hidupnya.

Referensi

  1. Sobur K. Logika Dan Penalaran Dalam Perspektif Ilmu Pengetahuan. TAJDID J Ilmu Ushuluddin. 2015;14(2):387–414.
  2. prabangkara redaksi. Perkembangan Pikiran Manusia Selalu Dinamis Mengikuti Perkembangan Jaman [Internet]. PRABANGKARA NEWS.com. 2020. Available from: https://prabangkaranews.com/2020/03/10/perkembangan-pikiran-manusia-selalu-dinamis-mengikuti-perkembangan-jaman/
  3. TOSEPU, AHMAD Y. 8 FAKTA TENTANG KEKUATAN OTAK DAN PIKIRAN MANUSIA [Internet]. Yusrintosepuwixsite.com. 2017. Available from: https://yusrintosepu.wixsite.com/yoes/post/2017/12/25/8-fakta-tentang-kekuatan-otak-dan-pikiran-manusia
  4. Wattimena RAA. Tentang Manusia: Dari Pikiran, Pemahaman sampai dengan Perdamaian Dunia. ResearchGate. 2017. 1–223 p.
  5. Media T. penalaran – Trigonal Media [Internet]. trigonalmedia.com. 2015. p. 20062021. Available from: https://www.trigonalmedia.com/2015/08/penalaran.html
Cara Mengutip Artikel ini (APA Style)

Nisa, U.M. (2021, Juni 25) Memahami Akal dan Penalaran Manusia. Retrieved from https://mitrapalupi.com/memahami-akal-dan-penalaran-manusia/

How useful was this post?

Click on a star to rate it!

Average rating 5 / 5. Vote count: 1

No votes so far! Be the first to rate this post.

As you found this post useful...

Follow us on social media!

We are sorry that this post was not useful for you!

Let us improve this post!

Tell us how we can improve this post?

This Post Has One Comment

Comments are closed.