Ditulis oleh Aenun Rahmawati, Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Djuanda
Contents
PENDAHULUAN
Manusia adalah makhluk istimewa dan sempurna yang di ciptakan oleh Allah Swt. Dengan sedemikian rupa, dibanding dengan makhluk lainnya manusia tentu mempunyai akal dan fikir maka dari itu manusia di sebut dengan makhluk yang sempurna. Namun yang bukan membuat unik manusia bukanlah terletak pada akalnya, melainkan terletak pada bahasa-bahasanya. Dalam kehidupan manusia, fungsi bahasa yang paling dasar adalah menjelmakan pemikiran konseptual ke dalam dunia kehidupan, hal itu tercipt melalui kemampuan akalnya dalam mengolah sebuah kode/simbol yang dapat di pahami oleh manusia-manusia yang lain, sehingga manusia dapat mudah berkomonikasi dengan manusia yang lain. Melalui akal dan fikirnya manusia bisa melakukan hal apa saja hingga manusia mampu berkomunikasi dengan manusia yang lainnya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya serta bahasalah yang membedakan manusia dengan makhluk ciptaan Tuhan yang lain, tidak banyak orang memberikan perhatian pada asal usul bahasa. Orang hanya beranggapan bahwa Bahasa hadir dengan kehadiran manusia. sehingga di mana ada manusia, di situ pula ada bahasa. Orang mulai menanyakan asal mula bahasa ketika ada persoalan mengenai hubungan antara kata dan makna, tanda dan yang ditandai, hakikat makna, dan perbedaan makna kata yang mengakibatkan kesalah pahaman.
Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluhkan dengan segala hubungan. Filsafat berawal dari orang orang yunani meng argumenkan bahwa filsafat timbul karena ketakjuban, ketakjuban ini berawal dari ketakjuban dalam menyaksikan keindahan untuk mengetahui rahasia alam semesta ini lantas menimbulkan keinginan untuk mengetahuinya. Lalu timbul pertanyaan didalam hati mereka dari mana datangnya alam ini, bagaimana terjadinya, bagaimana kemajuannya, demikianlah yang memikat para ahli pikir atau filusuf. Manusia yunani mencoba menerangkan dunia dengan kejadian kejadian yang menyertainya secara mitologis dan lepas dari kontrol rasio, selanjutnya semuannya itu kemudian diterangkan dan disusun secara sistematis karena dengan mencari suatu keseluruhan yg sistematis mereka mampu mengerti hubungan antara mite itu dan menyingkirkan mite yang tidak dapat dicocok kan dengan mite yang lain. Pemikiran mitologis tersebut dikaitkan dengan pemikiran keagamaan alasan mereka karena makhluk makhluk merupakan dasar alam. Sedangkan perkembangan filsafat yang terjadi diindia yang Perkembangan Filsafat khususnya mulai meninggalkan dogma dogma agama dan semata mata menyandarkan pada kekuatan akal budi manusia dalam mencapai kebenaran. Perkembangan Filsafat India untuk memisahkan diri dengan agama sangat perlahan bahkan tidak pernah secara sepenuhnya melepaskan diri dari pemikiran keagamaan, oleh karena tujuan hidup manusia india adalah menuju pembebasan atau moksa filsafat india lebih merupakan filsafat hidup atau way of life.
PEMBAHASAN
Manusia adalah makhluk yang mempunyai akal dan pikiran yang lain dari makhluk yang diciptakan oleh Allah. Oleh karena itu, manusia diciptakan dengan sempurna oleh Allah sebagai makhluk yang istimewa. Melalui berpikir, manusia bisa melakukan hal apa saja yang dia inginkan, dengan cara berpikir tersebut mereka dalam hal itu akan mendapatkan hasil yang diinginkannya. Hingga manusia mampu dapat berkomonikasi dengan manusia yang lain dengan menciptakan berbagai syimbol yang dapat di mengerti oleh sebagian manusia, misalnya dengan kata atau gerakan, hal tersebut disebut sebagai bahasa manusia murni. Hal itu terjadi karena otak manusia bersifat plastik, bisa dibentuk, semakin sering digunakan semakin cerdas, semakin banyak orang berpikir semakin baik, karena pola pikirnya semakin banyak. Bahasa bersifat mandiri karena berkaitan dengan sejumlah ciri istimewa, keistimewaan bahasa di antaranya terasa pada sifat yang ambigu (bermakna ganda), yang mencuat akibat aspek semantis. Bahasa mempunyai pengaruh yang luar biasa dan yang termasuk membedakan manusia dari ciptaan lainnya, keunikan manusia bukanlah terletak pada kemampuan berpikirnya, melainkan terletak pada kemampuan berbahasanya. Hal tersebut yang membuat manusia di sebut sebagai animal symbolicum, yaitu makhluk yang mempergunakan symbol
Filsafat sebagai buah pemikiran manusia, yang pada hakekatnya manusia adalah makhluk yang berpikir, terus berkembang secara perlahan tapi pasti, yaitu untuk menemukan suatu kebenaran yang hakiki. Filsafat merupakan induk dari semua bidang ilmu khusus. Filsafat sebagai buah pikiran itupun berkembang sesuai dengan fitrah manusia yang selalu berubah dan dinamis. Tentu saja diperlukan sarana yang dapat menampung semua buah pemikiran tersebut agar dapat disosialisasikan atau sekedar diekspresikan. Sarana yang sangat fital ini adalah Bahasa
Dengan kata lain, filsafat bahasa berfungsi sebagai “jembatan” para filsuf untuk memahami pengetahuan konseptual. Pemahaman atas fungsi filsafat bahasa inilah yang kemudian bisa membedakannya dengan ilmu bahasa (linguistik). Poedjosoedarmo selanjutnya menyatakan bahwa para sarjana bahasa mempelajari ilmu bahasa untuk memperjelas hakikat bahasa, sedangkan para filsuf mempelajari bahasa sebagai objek sementara agar pada akhirnya diperoleh kejelasan mengenai pengetahuan konseptual. Dalam rangka mencari hakikat pengetahuan konseptual, para filsuf sering menemukan prinsip-prinsip tentang cara kerja bahasa dan dari prinsip-prinsip ini mereka dapat mengemukakan pendapat mengenai bagaimana sebaiknya bahasa itu dan bahasa yang baik itu yang bagaimana. Terkait dengan dua pertanyaan terakhir mengenai hubungannya dengan filsafat dan dunia akuntansi, penulis sedikit memperoleh pencerahan dari Crimmins (1998)1 , yang menyatakan bahwa ketertarikan para filsuf terhadap bahasa sebenarnya berkaitan erat dengan peran filsafat dalam menjelaskan berbagai aspek umum dan mendasar dari realitas. Untuk menjelaskan peran ini, para filsuf menganggap bahasa (language) memiliki peranan yang menghubungkan pikiran (mind) dan dunia (world). Hubungan antar-ketiga elemen ini digambarkan sebagai segitiga Language-Mind-World. Garis yang menghubungkan ketiga elemen ini merupakan kunci untuk memahami dunia. Hubungan-hubungan ini selanjutnya dapat menunjukkan arti penting bahasa.
Mind ↔ World. Antara Mind dan World terdapat sejumlah hubungan krusial yang dipelajari para filsuf tentang pikiran, di antaranya persepsi, aksi, kemampuan berpikir tentang apa itu dunia.
Mind → Language. Menggunakan dan memahami bahasa adalah aktivitas mental yang cukup berat. Aktivitas ini menjadi penentu keberadaan bahasa yang bermakna. Dengan kata lain, pikiran menginvestasikan makna dalam bahasa.
Language → Mind. Bila pikiran memberikan makna pada bahasa, begitu juga bahasa akan membisakan (enable) dan menyalurkan (channel) pikiran. Penguasaan dan penggunaan sebuah bahasa akan dapat menyatukan konsep-konsep, pemikiran dan kebiasaan pikiran, dengan segala konsekuensinya.
Language ↔ World. Karena bahasa merupakan wahana dalam menjelaskan dan menggambarkan realitas, para filsuf menaruh perhatian pada hal-hal yang membuat benar (true) dan tepat (apt) sebuah realitas. Pemahaman singkat mengenai hubungan language-mind-world ini setidaknya telah membantu penulis dalam meletakkan peranan filsafat dalam akuntansi, sebagai sebuah dunia. Bahasa pada akhirnya akan berperan penting dalam membantu melihat apa yang menjadi kebenaran dala
Bahasa merupakan salah satu aspek terpenting dari kehidupan manusia. Karena bahasa bukan cuman sebagai alat komunikasi tetapi bahasa juga dapat mampu mengubah seluruh kehidupan manusia. Sebagaimana pepatah melayu mengatakan: Bahasa adalah cermin budaya bangsa, hilang budaya maka hilang bangsa . Jadi bahasa adalah sine qua non, suatu yang mesti ada bagi kebudayaan dan masyarakat manusia. Karena itu, siapa pun orangnya akan senantiasa melakukan relasi yang erat dengan bahasa. Misalnya seorang filosof (ahli filsafat), ia senantiasa bergantung kepada bahasa dalam mengungkapkan buah pikirnya. Tanpa bahasa, seorang filsof tidak mungkin bisa mengungkapkan hasil-hasil perenungan kefilsafatannya kepada orang lain.
Berfikir bukanlah kegiatan fisik namun merupakan kegiatan mental, bila seseorang secara mental sedang mengikatkan diri dengan sesuatu dan sesuatu itu terus berjalan dalam ingatannya, maka orang tersebut bisa dikatakan sedang berfikir. Jika demikian berarti bahwa berfikir merupakan upaya untuk mencapai pengetahuan. Ini berarti bahwa dengan berfikir manusi dapat memperoleh pengetahuan dan dengan pengetahuan itu manusia menjadi lebih mampu untuk melanjutkan tugas kekhalifahannya di muka bumi serta mampu memposisikan diri lebih tinggi dibanding makhluk lainnya. Disini bahasa juga memiliki peranan penting bagi kehidupan manusia. Dengan bahasa manusia mampu melakukan abstraksi sekaligus simbolisasi dan realitas faktual empiris kedalam dunia ide. Bahasa dapat mendorong manusia melakukan proses transformasi, melakukan proses berfikir dengan cara menarik realitas faktual kedalam dunia ide, meski objek-objek faktual dimaksud tidak lagi faktual empiris dan telah berada diluar jangkauan dirinya. Melalui bahasa manusia dapat melakukan komunikasi apa saja dan subjek kepada Objek lain.
Keunikan manusia bukanlah terletak pada proses berfikirnya, melainkan terletak pada kemampuan berbahasa. Ernst Cassirer mengatakan manusia itu Animal Symbolicum, makhluk yang mempergunakan simbol, yang secara genetik mempunyai cakupan yang lebih luas dari pada Homo Sapiens yakni makhluk yang berpikir, sebab dalam kegiatan berpikirnya manusia mempergunakan simbol. Tanpa kemampuan berbahasa, maka kegiatan berpikir secara sistematis tidak mungkin dilakukan, dan tak mungkin dapat mengembangkan kebudayaannya.
Akal atau rasio digunakan sebagai sarana dan alat berpikir dalam rumus bahasa ilmiah, bahasa ilmiah biasanya menggunakan istilah-istilah dengan lambang-lambang tertentu untuk mewakili pengertian tertentu pula. Oleh karena itu, bahasa ilmiah berkarakteristik: deklaratif (dinilai benar atau salah), affirmative (bersifat informasi), dan netral fosotif (kalimat berita). Dengan adanya bahasa maka manusia hidup dalam dunia, yakni dunia pengalaman yang nyata dan dunia simbolik yang dinyatakan dengan bahasa. Berbeda dengan binatang, maka manusia mencoba megatur pengalaman yang nyata ini dengan berorientasi kepada manusia simbolik. Bahasa disusun berdasarkan pertimbangan akal semata. Kata yang terkandung didalamnya disebut istilah. Arti yang dikandungnya disebut konsep.(Fitria 2013)
KESIMPULAN
Manusia adalah makhluk istimewa dan sempurna yang di ciptakan oleh Allah Swt. Dengan sedemikian rupa, dibanding dengan makhluk lainnya manusia tentu mempunyai akal dan fikir maka dari itu manusia di sebut dengan makhluk yang sempurna. Namun yang bukan membuat unik manusia bukanlah terletak pada akalnya, melainkan terletak pada bahasa-bahasanya. Dalam kehidupan manusia, fungsi bahasa yang paling dasar adalah menjelmakan pemikiran konseptual ke dalam dunia kehidupan, hal itu tercipt melalui kemampuan akalnya dalam mengolah sebuah kode/simbol yang dapat di pahami oleh manusia-manusia yang lain, sehingga manusia dapat mudah berkomonikasi dengan manusia yang lain. Melalui akal dan fikirnya manusia bisa melakukan hal apa saja hingga manusia mampu berkomunikasi dengan manusia yang lainnya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya serta bahasalah yang membedakan manusia dengan makhluk ciptaan Tuhan yang lain, tidak banyak orang memberikan perhatian pada asal usul bahasa. Orang hanya beranggapan bahwa Bahasa hadir dengan kehadiran manusia. sehingga di mana ada manusia, di situ pula ada bahasa.(Yulianto 2012)
DAFTAR PUSTAKA
- Fitria. 2013. “PROSES BERFIKIR FILSAFAT MANUSIA BESERTA HUBUNGANNYA DALAM FILSAFAT BAHASA Khosnol.” Journal of Chemical Information and Modeling 53(9): 1689–99.
- Yulianto, Eko. 2012. “Pengkajian Filsafat Bahasa.” 2020(1998): 1–6.
- Materi-materi Kuliah: Filsafat Bahasa (umnuu.blogspot.com)